Menteri Investasi Soroti Dugaan 'Desain' di Balik Impor BBM Indonesia

Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, menyampaikan kecurigaannya mengenai praktik impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dinilai memiliki unsur kesengajaan. Dalam forum Energi Mineral yang berlangsung di Jakarta, Bahlil mengungkapkan bahwa ia memiliki bukti yang mengindikasikan adanya oknum pejabat dan pengusaha yang mengambil keuntungan dari kebijakan impor BBM.

"Saya ingin menegaskan bahwa ini by design," ujar Bahlil, mengisyaratkan adanya pengaturan yang disengaja dalam proses impor BBM dari Singapura. Menurutnya, penurunan produksi minyak mentah domestik dari tahun ke tahun menjadi salah satu indikasi adanya permainan yang membuat Indonesia terus bergantung pada impor.

Bahlil menyoroti perbedaan signifikan antara produksi minyak mentah di era Orde Baru dan saat ini. Pada periode 1996-1997, lifting minyak Indonesia mencapai 1,5 juta hingga 1,6 juta barel per hari, dengan konsumsi domestik hanya sekitar 500.000 barel per hari. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai eksportir minyak yang signifikan pada masa itu.

"Saat itu, ekspor kita mencapai 1 juta hingga 1,6 juta barel per hari. Negara kita sangat kuat, dan pendapatan negara berasal dari sektor migas sebesar 40-45 persen," kenang Bahlil.

Namun, pasca krisis moneter 1998 dan kejatuhan Soeharto, produksi minyak mentah Indonesia mengalami penurunan drastis. Dalam beberapa tahun, Indonesia berubah menjadi negara pengimpor minyak.

"Pertanyaannya, apakah penurunan lifting ini disebabkan oleh habisnya sumber daya alam kita, atau apakah ada unsur kesengajaan agar impor terus berlanjut?" tanya Bahlil.

Ia menduga ada skenario yang sengaja dirancang agar Indonesia sangat bergantung pada impor BBM. "Saya jujur mengatakan, demi Tuhan, menurut saya ada unsur kesengajaan, by design," tegasnya.

Untuk memperkuat dugaannya, Bahlil menelusuri potensi peningkatan lifting minyak di Indonesia. Ia menemukan bahwa terdapat sekitar 40.000 sumur minyak di seluruh Indonesia, namun hanya 20.000 sumur yang produktif. Kondisi ini semakin memperkuat keyakinannya bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam pengelolaan sumber daya minyak Indonesia.

Berikut adalah beberapa poin yang menjadi sorotan Bahlil:

  • Dugaan Rekayasa Impor BBM: Bahlil meyakini ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mengatur impor BBM untuk kepentingan pribadi.
  • Penurunan Lifting Minyak Domestik: Penurunan produksi minyak mentah dalam negeri menjadi salah satu indikasi adanya permainan dalam sektor migas.
  • Potensi Sumur Minyak yang Tidak Produktif: Jumlah sumur minyak yang tidak produktif di Indonesia menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas pengelolaan sumber daya.

Bahlil menekankan perlunya investigasi lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran di balik dugaan praktik impor BBM yang merugikan negara. Ia berharap, dengan transparansi dan akuntabilitas, sektor migas Indonesia dapat dikelola dengan lebih baik dan memberikan manfaat maksimal bagi seluruh rakyat Indonesia.