DPR Mendesak Penangkapan Cepat Dewi Astutik, Otak Penyelundupan Narkoba Skala Internasional
Jajaran penegak hukum internasional kini tengah memburu Dewi Astutik, seorang wanita yang diduga kuat menjadi dalang di balik sindikat penyelundupan narkotika jenis sabu dalam jumlah fantastis, mencapai dua ton dengan nilai mencapai Rp 5 triliun. Menanggapi perkembangan kasus ini, anggota Komisi III DPR RI, Jazilul Fawaid, menyampaikan desakan agar aparat kepolisian segera menangkap Dewi Astutik.
"Saya sangat berharap aparat dapat bertindak cepat untuk menangkap Dewi Astutik. Jangan sampai aparat kalah cepat apalagi sampai kecolongan," ujar Jazilul kepada awak media, Minggu (1/6/2025).
Jazilul menyoroti modus operandi sindikat narkoba yang semakin canggih. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa jaringan narkoba seringkali selangkah lebih maju dari upaya pencegahan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Menurutnya, hal ini disebabkan karena sindikat narkoba memiliki jaringan yang luas dan dukungan dana yang kuat.
Lebih lanjut, Jazilul juga menyinggung maraknya Warga Negara Indonesia (WNI) yang dieksploitasi dan dijadikan sebagai alat oleh sindikat kejahatan, termasuk dalam jaringan narkoba. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya peningkatan pengawasan terhadap WNI yang bekerja di luar negeri.
"Sudah menjadi hal umum bahwa WNI seringkali dimanfaatkan oleh sindikat narkoba, baik dengan menyamar sebagai pekerja rumah tangga (ART) atau profesi lainnya. Oleh karena itu, pengawasan terhadap mereka perlu ditingkatkan secara signifikan," tegasnya.
Kasus ini bermula ketika nama Dewi Astutik mencuat dan menjadi perbincangan hangat di kalangan warga Dusun Sumber Agung, Ponorogo, Jawa Timur. Pasalnya, wanita yang pernah tinggal di kampung tersebut disebut-sebut sebagai buronan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Interpol atas keterlibatannya dalam jaringan penyelundupan narkoba internasional.
Menurut laporan dari detikJatim, sosok Dewi Astutik sempat viral di media sosial dan disebut-sebut sebagai otak di balik sindikat narkoba jaringan Fredy Pratama. Namun, Kepala Dusun Dukuh Sumber Agung, Gunawan, memastikan bahwa Dewi Astutik bukanlah warga asli dusunnya.
"Kalau yang namanya Dewi Astutik itu bukan warga sini, tapi kalau alamatnya Balong, memang benar," kata Gunawan.
Gunawan juga mengungkapkan bahwa Dewi Astutik pernah bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. "Kalau fotonya memang warga RT 1, RW 1, dia memang kerja di luar negeri sebagai TKW. Katanya di Taiwan, Hong Kong, dan terakhir di Kamboja," imbuhnya.
Sementara itu, Kantor Imigrasi Ponorogo telah menggelar rapat Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) untuk membahas kasus ini. Kepala Kantor Imigrasi Ponorogo, Happy Reza Dipayuda, menjelaskan bahwa rapat ini bertujuan untuk memperkuat pengawasan terhadap orang asing di wilayah Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek.
Happy menambahkan, pihaknya telah menjalin kerjasama dengan BNN dalam upaya pengusutan kasus ini. Menurutnya, Dewi Astutik menggunakan modus operandi dengan mengaku sebagai TKI untuk menyamarkan aktivitasnya. "Kalau yang bersangkutan (Dewi Astutik) sebetulnya mengaku-ngaku TKI, dia di sana tugasnya mencari kaki tangan untuk jadi kurir, sebenarnya bukan real TKI," pungkas Happy.