Padel: Tren Olahraga Raket yang Menggeser Popularitas Tenis di Kalangan Generasi Muda

Padel: Tren Olahraga Raket yang Menggeser Popularitas Tenis di Kalangan Generasi Muda

Padel, sebuah olahraga raket yang dimainkan di lapangan kaca ganda, kini menjadi fenomena di kalangan generasi muda dan penggemar olahraga sosial. Sekilas mirip tenis, namun dengan dinamika dan keseruan yang berbeda, padel menawarkan pengalaman olahraga yang unik dan menarik.

Sejumlah individu dengan latar belakang tenis pun mulai beralih ke padel, mencari tantangan baru dan suasana yang lebih santai. Apa sebenarnya yang membuat padel begitu digemari?

Dari Lapangan Tanah Liat ke Lapangan Kaca: Kisah Para Penggemar Padel

Sasti Emanuela, seorang profesional berusia 39 tahun, sebelumnya aktif bermain tenis selama satu setengah tahun. Namun, ajakan teman-temannya pada akhir 2024 membawanya mengenal padel. Awalnya skeptis, Sasti akhirnya jatuh cinta pada olahraga ini setelah merasakan sendiri keseruannya.

"Awalnya sempat mikir ini olahraga kekinian aja, akhirnya tertantang buat coba langsung diajak sparing sama teman-teman," ungkapnya.

Perbedaan utama yang dirasakan Sasti adalah atmosfer yang lebih ringan dan lapangan yang lebih kecil. Tekniknya memang mirip tenis, namun padel terasa lebih menyenangkan dan mudah diakses. Sejak November 2024, Sasti rutin bermain padel dan bahkan mengaku "kecanduan" sebelum olahraga ini populer di kalangan selebritas.

Moh Farid Mauludi, seorang mantan atlet dan pelatih tenis berusia 26 tahun, juga merasakan hal serupa. Ia mengenal padel di Jakarta pada awal 2024, saat olahraga ini belum begitu populer. Dengan latar belakang tenis, Farid tidak kesulitan beradaptasi dengan teknik padel.

"Adaptasinya tidak begitu rumit, hanya fokus belajar pantulan bola ke kaca. Jadi lebih mengandalkan koordinasi gerak," jelas Farid, yang kini menjadi pelatih padel.

Farid semakin tertarik dengan padel seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap olahraga ini. Lapangan padel pun bermunculan di berbagai kota di Indonesia.

Rizky Rahman, seorang karyawan swasta berusia 24 tahun, awalnya meremehkan padel dan menganggapnya hanya sekadar tren. Namun, setelah mencoba langsung pada awal 2025, Rizky berubah pikiran.

"Awalnya aku diajak teman dan sempat meremehkan olahraga ini, karena aku mikirnya hanya sekadar viral," kata Rizky. Sebelumnya, ia juga sempat mencoba tenis, namun akhirnya memilih padel karena lebih sering diajak teman-temannya.

Mengapa Padel Begitu Diminati?

Salah satu daya tarik utama padel adalah kesederhanaannya. Lapangan yang lebih kecil, teknik dasar yang tidak terlalu kompleks, dan permainan berpasangan membuat padel lebih ramah bagi pemula dibandingkan tenis. Sasti, Farid, dan Rizky sepakat bahwa transisi dari tenis ke padel relatif mulus.

Farid menambahkan bahwa padel lebih ringan namun tetap menantang. Olahraga ini cocok bagi mereka yang ingin tetap aktif tanpa merasa terbebani secara teknis.

Rizky juga menyukai padel karena ukuran lapangan yang kecil membuatnya lebih aktif bergerak.

Lebih dari Sekadar Olahraga: Padel sebagai Sarana Sosialisasi

Selain manfaat fisik, padel juga dikenal sebagai olahraga sosial yang mempererat relasi. Permainan berpasangan membutuhkan interaksi antar pemain, sehingga banyak komunitas padel bermunculan sebagai wadah untuk berkumpul dan berolahraga.

Sasti merasakan bagaimana padel memperluas jejaring sosialnya dengan berbagai macam generasi. Ia juga menganggap padel sebagai pelarian dari stres kerja.

"Aku merasa padel ini sangat seru dan bisa menghilangkan stres. Makanya kalau lagi padet kerjaan, terus pulangnya main padel, rasanya hilang stresnya," ujarnya.

Rizky menemukan lingkungan sosial baru lewat komunitas padel bernama Spadel. Komunitas ini bersifat terbuka dan fleksibel, sehingga siapapun boleh bergabung kapan saja.

"Kami buat perkumpulan atau komunitas kecil-kecilan bernama Spadel. Walaupun masih seumur jagung, tapi pernah ada 16 orang yang ingin padel bareng," ungkap Rizky.

Menurut Rizky, padel membuat hubungan antar pemain lebih akrab dan hangat. Ia merasa mendapatkan banyak relasi baru dari olahraga ini.

Farid sependapat bahwa tenis dan padel sama-sama bisa membangun relasi dengan banyak orang. Namun, ukuran lapangan yang lebih kecil dan teknik permainan yang berpasangan membuat relasi antar pemain semakin dekat di padel.

"Kalau relasi di tenis dan padel, sama-sama bisa menambah networking. Tapi di padel ini memang fokus pada fun dan sporty sekaligus," pungkas Farid.

Berikut adalah alasan mengapa padel menjadi olahraga yang sangat digemari:

  • Mudah dipelajari: Teknik dasar yang tidak terlalu kompleks membuat padel mudah diakses oleh pemula.
  • Lapangan yang lebih kecil: Ukuran lapangan yang lebih kecil membuat permainan lebih intens dan interaktif.
  • Permainan berpasangan: Meningkatkan interaksi sosial dan kerja sama tim.
  • Manfaat fisik dan mental: Membantu menjaga kebugaran dan mengurangi stres.
  • Komunitas yang solid: Memungkinkan untuk bertemu orang baru dan memperluas jaringan sosial.