Longsor Gletser Alpen Hancurkan Desa Blatten: Dampak Perubahan Iklim Semakin Nyata

Desa Blatten, sebuah permata tersembunyi di jantung Pegunungan Alpen Swiss, lenyap dalam sekejap mata akibat longsor gletser dahsyat pada Rabu, 28 Mei 2025. Bencana ini, yang dipicu oleh longsoran batu dan lumpur, mengubur desa yang telah berdiri selama berabad-abad, mengubah lanskap indah menjadi lautan puing.

Evakuasi dini menyelamatkan sebagian besar penduduk Blatten, namun satu orang dilaporkan hilang. Para ahli geologi, yang telah memantau kondisi gletser, telah memberikan peringatan sebelumnya, memungkinkan evakuasi dilakukan sebelum bencana terjadi. Namun, skala longsoran ini melampaui perkiraan siapa pun, bahkan para ahli.

Matthias Huss, seorang pakar gletser dari Institut Teknologi Federal Zurich-Swiss, menggambarkan kejadian ini sebagai "kasus terburuk yang mungkin terjadi." Timnya, yang secara rutin memeriksa gletser di Swiss, telah mendokumentasikan pencairan yang cepat dan signifikan, sebuah konsekuensi langsung dari pemanasan global.

Longsoran Gletser Birch yang runtuh menghalangi aliran Sungai Lonza, menciptakan danau dadakan yang meluap dan memperburuk kerusakan. Layanan Seismologi Swiss mencatat longsoran itu setara dengan gempa bumi berkekuatan 3,1 skala Richter, menyoroti kekuatan destruktif dari peristiwa alam ini.

Peran Perubahan Iklim

Para ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim memainkan peran penting dalam bencana ini. Longsoran batu yang terjadi di atas gletser selama beberapa minggu terakhir, dipicu oleh pencairan salju di dataran tinggi, memberikan tekanan tambahan pada gletser yang sudah melemah. Christophe Lambiel, seorang ahli glasiologi dari Universitas Lausanne, menekankan bahwa peningkatan frekuensi longsoran batu terkait langsung dengan pencairan lapisan tanah beku.

Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal Science memperkirakan bahwa, berdasarkan kebijakan iklim saat ini, lebih dari tiga perempat massa gletser dunia dapat menghilang pada akhir abad ini. Gletser-gletser kecil dan rendah seperti yang ada di Swiss sangat rentan terhadap kepunahan.

Huss mencatat bahwa longsor di Blatten bukanlah insiden terisolasi. Peningkatan kejadian serupa di Pegunungan Alpen dalam beberapa tahun terakhir menggarisbawahi dampak pemanasan global pada stabilitas pegunungan tinggi. Pencairan lapisan tanah beku, yang berfungsi sebagai "perekat" alami yang menyatukan gunung, melemahkan struktur dan meningkatkan risiko longsor.

Selain itu, penyusutan gletser mengungkap lereng gunung yang tidak stabil, menghilangkan lapisan es pelindung yang selama ini menahan material longgar. Meskipun longsor salju dan tanah longsor adalah bagian alami dari lanskap pegunungan, laju pencairan gletser dan lapisan tanah beku yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat prediksi bahaya menjadi semakin sulit.

Bethan Davies, seorang profesor glasiologi di Universitas Newcastle, menekankan bahwa perubahan iklim memicu transformasi dramatis pada gletser gunung di seluruh dunia. Laporan tahun 2024 dari Inisiatif Iklim Kriosfer Internasional memperkirakan bahwa setidaknya sepertiga dari gletser Alpen Eropa akan hilang pada tahun 2050, bahkan tanpa pemanasan lebih lanjut.

Gletser di Swiss telah kehilangan hampir 40% volumenya sejak tahun 2000, dan laju kehilangan ini semakin cepat. Gelombang panas ekstrem pada tahun 2022 dan 2023 menyebabkan hilangnya 10% dari es gletser di negara tersebut. Daniel Farinotti, seorang ahli glasiologi di ETH Zurich, memperingatkan bahwa gletser Swiss dapat menghilang sepenuhnya pada tahun 2100 jika pemanasan global tidak terkendali.

Mencairnya gletser tidak hanya menimbulkan risiko langsung seperti longsor, tetapi juga mengancam pasokan air tawar di Swiss dalam jangka panjang. Gletser berfungsi sebagai "menara air" Eropa, menyimpan salju di musim dingin dan melepaskannya secara bertahap selama musim panas, mengisi sungai dan mengairi tanaman.

Bencana di Blatten menjadi peringatan keras tentang konsekuensi nyata dari perubahan iklim. Bahkan dengan pemantauan dan pemetaan risiko yang cermat, laju pencairan yang cepat membuat prediksi bahaya menjadi sangat menantang. Para ahli sepakat bahwa tindakan mendesak diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius, sesuai dengan Perjanjian Iklim Paris. Jika tidak, sebagian besar gletser Swiss akan menghilang pada akhir abad ini, mengubah lanskap dan mengancam mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada mereka. Para ilmuwan juga mengatakan, seperempat gletser di Swiss dapat diselamatkan jika pemanasan global dapat ditekan hingga di bawah 2 derajat Celsius.