Suzuki Bidik Pasar Pemula dengan Teknologi Mild Hybrid

Suzuki Indonesia tetap menunjukkan keyakinannya terhadap potensi pasar kendaraan mild hybrid di Indonesia, khususnya bagi konsumen yang baru pertama kali membeli mobil. Kendati mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV) semakin terjangkau berkat produksi lokal, dan mobil Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) asal China menawarkan harga yang kompetitif, Suzuki meyakini bahwa teknologi mild hybrid tetap memiliki daya tarik tersendiri.

Menurut Dony Ismi Himawan Saputra, Deputy Managing Director Sales and Marketing 4W Suzuki Indomobil Sales (SIS), penurunan harga PHEV belum mencerminkan keseluruhan biaya kepemilikan. Ia menjelaskan bahwa total biaya, termasuk harga mobil, masih relatif tinggi dibandingkan dengan model hybrid yang ditawarkan Suzuki.

Keunggulan utama sistem mild hybrid Suzuki, yang dikenal sebagai Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS), terletak pada kemudahan penggunaan dan perawatan yang serupa dengan mobil berbahan bakar bensin konvensional. Dony menjelaskan bahwa bagi pengguna mobil Internal Combustion Engine (ICE), transisi ke SHVS terasa lebih mudah karena tidak ada perbedaan signifikan dalam pengoperasian dan biaya perawatan.

"Saat ini rata-rata menggunakan mobil ICE, nah dengan pengoperasian yang tidak terlalu berbeda cara perawatan dan biaya perawatan yang tidak terlalu berbeda. Ini yang kami bilang sebagai langkah awal dari kami," Ujar Dony.

Ia menambahkan bahwa Suzuki telah mencatat kontribusi penjualan mobil hybrid sebesar 53% dari total penjualan hingga Mei 2024. Suzuki berharap persentase ini terus meningkat, dengan target memperkenalkan varian hybrid baru pada awal tahun 2025.

Cara Kerja SHVS

Sistem SHVS mengandalkan dua komponen utama:

  • Integrated Starter Generator (ISG): Berfungsi sebagai motor penggerak dan pengganti alternator konvensional. ISG memberikan dorongan tenaga saat akselerasi, terutama pada kecepatan rendah, mengurangi beban kerja mesin dan meningkatkan efisiensi bahan bakar.
  • Baterai Lithium-Ion: Menyimpan energi yang dihasilkan saat deselerasi atau pengereman oleh ISG. Energi ini kemudian digunakan kembali saat akselerasi, terutama saat mobil mulai bergerak atau menanjak (engine assist).