IKN Diproyeksikan Membutuhkan 1 TWh Listrik pada Tahun 2034, PLN Siapkan Strategi Pemenuhan

Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sedang dibangun di Kalimantan Timur diprediksi akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan teknologi baru di Indonesia. Kebutuhan energi listrik di IKN diperkirakan akan mencapai 1 Terawatt hour (TWh) pada tahun 2034. Proyeksi ini merupakan bagian dari lonjakan permintaan listrik nasional yang diperkirakan mencapai 511 TWh pada tahun 2034, meningkat signifikan dari 306 TWh pada tahun 2024.

PT PLN (Persero) telah menyiapkan strategi untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat ini. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa peningkatan permintaan listrik ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen. Perhitungan kebutuhan listrik dilakukan secara detail berdasarkan lokasi, waktu, dan kapasitas di seluruh Indonesia. PLN tidak lagi menganalisis kebutuhan listrik secara agregat nasional, melainkan berdasarkan wilayah demi wilayah. Pendekatan ini memungkinkan PLN untuk memetakan potensi permintaan secara lebih akurat dan merancang strategi pasokan yang efisien.

Faktor-faktor yang Mendorong Kebutuhan Listrik di IKN:

  • Pusat Pemerintahan dan Ekonomi: IKN akan menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi baru, dengan berbagai fasilitas modern, perkantoran, perumahan, dan pusat bisnis yang membutuhkan pasokan listrik yang stabil dan besar.
  • Hilirisasi Mineral dan Batu Bara (Minerba): Kalimantan, termasuk wilayah sekitar IKN, merupakan lokasi strategis untuk program hilirisasi minerba. Proyeksi PLN menunjukkan kebutuhan listrik untuk hilirisasi minerba di Kalimantan mencapai 5,3 TWh. Meskipun angka ini bukan seluruhnya di IKN, pembangunan industri di sekitar IKN akan membutuhkan dukungan listrik yang kuat.
  • Data Center dan Artificial Intelligence (AI): IKN, sebagai kota pintar, dipastikan akan menjadi magnet bagi pengembangan data center dan ekosistem AI, yang secara langsung akan memicu permintaan listrik yang tinggi. Penggunaan AI membutuhkan computing power yang intensif dan pendinginan yang membutuhkan energi listrik dan air dalam jumlah besar.
  • Kendaraan Listrik dan Kompor Listrik: Sejalan dengan komitmen pemerintah terhadap transisi energi, penggunaan kendaraan listrik dan kompor listrik diprediksi akan meningkat pesat. Di Kalimantan, proyeksi kebutuhan listrik untuk EV dan kompor listrik mencapai 0,2 TWh, yang akan turut berkontribusi pada beban kelistrikan di IKN.
  • Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK): Keberadaan KI/KEK di sekitar IKN akan menjadi pendorong signifikan bagi permintaan listrik.

Pemetaan Potensi Permintaan Listrik di Berbagai Pulau pada Tahun 2034:

  • Jawa-Bali: Kebutuhan organik 293 TWh; KI/KEK dan data center 28 TWh; kendaraan listrik dan kompor listrik 1,7 TWh.
  • Sumatera: Kebutuhan organik 73 TWh; hilirisasi sawit 4 TWh; kendaraan listrik dan kompor listrik 0,2 TWh; serta KI/KEK dan data center 17 TWh.
  • Kalimantan: Kebutuhan organik 29 TWh; IKN 1 TWh; hilirisasi minerba 5,3 TWh; serta kendaraan listrik dan kompor listrik 0,2 TWh.
  • Sulawesi: Kebutuhan organik 25 TWh; hilirisasi minerba 17 TWh; serta kendaraan listrik dan kompor listrik 0,1 TWh.
  • Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur: Kebutuhan organik 8 TWh; serta maritim dan pariwisata 0,2 TWh.
  • Maluku dan Papua: Kebutuhan organik 7 TWh; hilirisasi minerba 1,3 TWh; serta kendaraan listrik dan kompor listrik 0,16 TWh.

Dengan pemetaan yang detail dan strategi yang tepat, PLN optimis dapat memenuhi kebutuhan listrik IKN dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.