Banjir Pekanbaru: Kisah Pilu Warga Rumbai yang Terdampak Bencana
Banjir Pekanbaru: Kisah Pilu Warga Rumbai yang Terdampak Bencana
Banjir yang melanda Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, telah menimbulkan penderitaan bagi ribuan warga. Luapan Sungai Siak yang mengakibatkan lebih dari 17.000 jiwa terdampak, memaksa banyak keluarga meninggalkan rumah mereka dan mengungsi di tempat-tempat seadanya. Kondisi ini menciptakan berbagai kesulitan, khususnya bagi ibu-ibu dan anak-anak yang harus beradaptasi dengan kehidupan pengungsian yang jauh dari kondisi normal.
Salah satu kisah pilu datang dari Yuli (31), seorang ibu rumah tangga yang mengungsi bersama kedua anaknya di sebuah tenda berukuran 3x2 meter di pinggir Jalan Yos Sudarso. Suaminya, seorang sopir travel yang bekerja di Kabupaten Siak, tak dapat menemani mereka. Ketiganya berbagi tenda sempit dengan tiga kepala keluarga lainnya. Kehidupan sehari-hari yang sebelumnya teratur, kini berubah menjadi perjuangan untuk bertahan hidup. Jadwal makan anak-anaknya menjadi tak menentu karena kesulitan memasak di tengah kondisi pengungsian. Mi instan menjadi makanan pokok mereka, menggantikan menu bergizi yang biasa mereka konsumsi.
Selain kesulitan pangan, Yuli juga menghadapi tantangan dalam mengawasi kedua anaknya yang masih kecil. Keberadaan mereka di tenda pengungsian yang berdekatan dengan jalan raya dan parit membuat Yuli harus selalu waspada agar anak-anaknya tidak mengalami kecelakaan. Empat hari telah berlalu sejak mereka mengungsi, dan Yuli belum bisa kembali ke rumah karena genangan air yang masih setinggi satu meter. Meskipun ada bantuan makanan berupa nasi bungkus dan nasi kotak yang datang secara berkala, kebutuhan akan air bersih untuk mandi dan keperluan sehari-hari tetap menjadi kendala besar. Keterbatasan akses terhadap kamar mandi membuat mereka terpaksa menumpang ke rumah warga sekitar.
Cerita serupa dialami Leluana (30) yang mengungsi di sebuah warung tak berdinding bersama anak-anaknya. Mereka tidur beralaskan tikar seadanya, sementara peralatan sekolah anak-anak Leluana rusak akibat terendam banjir. Buku-buku pelajaran, tas, dan seragam sekolah menjadi korban lumpur yang menggenangi rumah mereka. Situasi ini menambah beban bagi Leluana yang harus memikirkan bagaimana memastikan anak-anaknya tetap dapat bersekolah.
Ides (56), seorang warga lainnya, menceritakan pengalamannya yang sempat pulang ke rumah karena banjir yang mulai surut. Ia telah membawa beberapa barang dari tempat pengungsian. Namun, tak lama kemudian, air kembali naik dan memaksanya kembali ke tempat pengungsian. Rumah panggungnya yang seharusnya lebih aman, ternyata tak luput dari genangan air yang tak terduga.
Pemerintah Kota Pekanbaru telah berupaya menanggulangi dampak banjir dengan mendirikan posko tanggap darurat dan tenda pengungsian, serta mendistribusikan bantuan makanan dan pakaian. Namun, kisah-kisah pilu dari warga Rumbai ini mengingatkan kita pada pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana dan perlunya dukungan berkelanjutan bagi para korban untuk membantu mereka bangkit dari keterpurukan.
Daftar Kebutuhan Mendesak: * Air bersih * Fasilitas sanitasi (kamar mandi/toilet portable) * Makanan siap saji bergizi * Peralatan sekolah pengganti * Bantuan medis * Peralatan rumah tangga pengganti