Jejak Peradaban di Sungai Musi: Dari Sriwijaya Hingga Harta Karun yang Terpendam

Sungai Musi: Saksi Bisu Sejarah dan Sumber Harta Karun Palembang

Sungai Musi, urat nadi Kota Palembang, bukan sekadar sungai biasa. Ia adalah saksi bisu peradaban panjang yang membentang dari era Kerajaan Sriwijaya hingga masa kini. Di balik airnya yang tenang, tersimpan jejak sejarah yang kaya dan harta karun yang menanti untuk diungkap.

Sungai Musi: Jalur Perdagangan dan Peradaban

Sebagai sungai terpanjang kedua di Sumatera setelah Sungai Batanghari, Sungai Musi memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat Sumatera Selatan. Membelah Kota Palembang menjadi Seberang Ulu dan Seberang Ilir, sungai ini telah menjadi jalur transportasi dan perdagangan utama sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Jembatan Ampera, ikon Kota Palembang, berdiri megah di atasnya, menghubungkan kedua wilayah dan menjadi simbol kemajuan kota.

Menurut catatan sejarah, nama "Musi" berasal dari interaksi antara pedagang Tiongkok dan masyarakat setempat pada masa lalu. Para pedagang yang singgah di Selat Bangka menyebut sungai ini "Mu Ci", yang berarti "Dewi Ayam Betina". Nama ini diberikan karena kesuburan wilayah sekitar sungai dan keramahan penduduknya. Seiring waktu, "Mu Ci" berubah menjadi "Musi" yang kita kenal sekarang.

Harta Karun yang Tersembunyi di Dasar Sungai

Sejak lama, Sungai Musi menyimpan berbagai artefak bersejarah. Benda-benda ini, yang kini menjadi koleksi Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa, adalah bukti kejayaan masa lalu Palembang sebagai pusat perdagangan dan persinggahan berbagai bangsa. Penemuan ini mengindikasikan bahwa Sungai Musi menjadi jalur transportasi utama, sehingga banyak barang berharga yang jatuh dan terpendam di dasar sungai.

Beberapa harta karun yang ditemukan di Sungai Musi antara lain:

  • Kepeng Ban Liang: Koin kuno dari abad ke-2 SM, menjadi bukti hubungan perdagangan antara Palembang dan Tiongkok pada masa lampau.
  • Golok Kuningan Berlapis Emas: Golok langka yang merupakan perpaduan budaya Melayu, Jawa, dan Tionghoa, diperkirakan berasal dari abad ke-11 hingga ke-15 Masehi.
  • Kemudi Kapal: Kemudi kapal sepanjang 7,7 meter yang ditemukan di kedalaman 40 meter, menunjukkan adanya teknologi perkapalan Eropa pada masa lalu.
  • Canting Cap Batik: Tujuh canting cap Batik Palembang bermotif encim, membuktikan bahwa Palembang memiliki sentra kerajinan batik dengan motif khasnya sendiri.

Sungai Musi: Urat Nadi Kehidupan dan Pariwisata

Selain nilai sejarahnya, Sungai Musi juga memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Palembang saat ini. Sungai ini menjadi sumber air, jalur transportasi, dan sumber penghidupan bagi banyak orang. Selain itu, Sungai Musi juga menjadi daya tarik wisata yang memikat.

Destinasi wisata seperti Pulau Kemaro, Kampung Kapitan, Kampung Arab, Benteng Kuto Besak, dan Jembatan Ampera dapat diakses melalui jalur sungai, menawarkan pengalaman yang unik dan menarik bagi para wisatawan. Keindahan Sungai Musi juga dapat dinikmati dari atas Jembatan Ampera, yang menjadi ikon Kota Palembang.

Sungai Musi bukan hanya sekadar sungai. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah, budaya, dan kehidupan masyarakat Palembang. Menjaga kelestarian Sungai Musi berarti menjaga identitas dan warisan berharga bagi generasi mendatang.

Kota Kapur di Pulau Bangka menyimpan memori historis tentang Sungai Musi. Prasasti batu bertanggal 28 April 686 Masehi yang dikeluarkan oleh penguasa Sriwijaya. Jauh sebelum Sriwijaya datang, masyarakat sudah bermukim dan memeluk agama Hindu dibuktikan oleh penemuan arca Wisnu. Pasukan Sriwijaya menyerang Kota Kapur dengan menyusuri Sungai Musi lalu menyeberangi Selat Bangka dan masuk ke Sungai Menduk. Sungai Musi adalah jalur utama ekspedisi militer dan perdagangan pada masa itu.

Para ahli menyebutkan bahwa faktor ekologi sangat menentukan keberhasilan suatu pelabuhan. Sungai Musi yang lebar dan dalam serta letaknya yang cukup jauh dari laut membuat Pelabuhan di Palembang berkembang pesat. Artefak budaya di Kota Kapur mengindikasikan bahwa masyarakat sudah menjalin kontak dengan dunia luar termasuk India Selatan dan Tiongkok.