Persiapan Matang Indonesia Menuju Puncak Haji 2025: Skema Pergerakan Jemaah dan Urutan Ritual

Antisipasi Kepadatan: Strategi Indonesia Hadapi Puncak Haji 2025

Menjelang pelaksanaan ibadah haji 1446 Hijriah atau yang bertepatan dengan bulan Juni 2025, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah mempersiapkan serangkaian strategi untuk memastikan kelancaran dan keamanan jemaah haji Indonesia, khususnya pada saat puncak haji. Puncak ibadah haji yang jatuh pada tanggal 9 hingga 13 Zulhijah (5-9 Juni 2025) meliputi serangkaian ritual penting, yaitu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melontar jumrah di Mina.

Setiap tahunnya, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di tanah suci Mekkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Mengingat jumlah jemaah yang sangat besar, potensi kepadatan menjadi tantangan utama yang harus diatasi. Untuk itu, Kemenag telah merancang tiga skema pergerakan jemaah haji Indonesia, yaitu skema reguler, murur, dan tanazul.

Skema Pergerakan Jemaah Haji Indonesia

Berikut adalah detail dari masing-masing skema:

  • Skema Reguler: Skema ini menjadi yang utama dan akan diikuti oleh mayoritas jemaah haji Indonesia, yaitu sekitar 67% atau sekitar 136 ribu orang. Jemaah akan diberangkatkan dari Makkah menuju Arafah pada tanggal 8 Zulhijah (4 Juni 2025). Di Arafah, mereka akan melaksanakan wukuf pada tanggal 9 Zulhijah (5 Juni 2025). Setelah wukuf, jemaah akan bergerak menuju Muzdalifah pada malam 10 Zulhijah untuk mabit dan mengumpulkan batu kerikil. Selanjutnya, mereka akan menuju Mina untuk melontar jumrah dan mabit selama hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah).

  • Skema Murur: Skema ini dirancang untuk mengurangi kepadatan di Muzdalifah dan Mina. Sekitar 33% jemaah haji atau sekitar 60.000 orang akan mengikuti skema ini. Jemaah tetap melaksanakan wukuf di Arafah, namun setelah Magrib, mereka tidak bermalam di Muzdalifah, melainkan hanya melintas (murur) tanpa turun dari bus. Dari Muzdalifah, jemaah langsung menuju Mina untuk melontar jumrah dan mabit selama hari-hari tasyrik.

  • Skema Tanazul: Skema ini ditujukan bagi jemaah haji yang tinggal di hotel sekitar wilayah Syisyah dan Raudhah, dengan perkiraan jumlah peserta mencapai 37.000 orang. Jemaah tetap melaksanakan wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah sesuai ketentuan. Namun, setelah melontar jumrah di Mina pada tanggal 10 Zulhijah (6 Juni 2025), mereka akan langsung kembali ke hotel masing-masing dan tidak kembali ke tenda Mina untuk mabit. Meski tidak bermalam di Mina, jemaah tanazul tetap melaksanakan prosesi melontar jumrah pada hari-hari tasyrik.

Urutan Ritual Puncak Haji

Berikut adalah urutan ritual utama yang akan dilaksanakan selama puncak haji:

  1. Wukuf di Arafah: Wukuf merupakan rukun haji yang paling utama. Dilaksanakan pada tanggal 9 Zulhijah (5 Juni 2025), seluruh jemaah berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa, berzikir, dan merenung sejak tergelincirnya matahari hingga terbenam.
  2. Mabit di Muzdalifah: Setelah matahari terbenam di Arafah, jemaah bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu kerikil untuk lempar jumrah. Mabit di Muzdalifah dilakukan pada malam 10 Zulhijah.
  3. Melontar Jumrah: Pada pagi 10 Zulhijah (6 Juni 2025), jemaah melanjutkan perjalanan ke Mina untuk melontar jumrah aqobah. Setelah itu, mereka melakukan mabit di Mina selama tiga hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah). Setiap hari, jemaah melempar tiga jumrah, yaitu ula, wustha, dan aqobah.

Dengan persiapan yang matang dan penerapan berbagai skema pergerakan jemaah, diharapkan pelaksanaan ibadah haji 2025 dapat berjalan lancar, aman, dan nyaman bagi seluruh jemaah haji Indonesia.