Kekecewaan Menteri PUPR terhadap Aset Negara yang Terbengkalai di Bandung
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Maruarar Sirait, melakukan inspeksi mendadak ke Kantor Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa II di Bandung pada Selasa (3/6/2025). Inspeksi ini bertujuan untuk meninjau langsung kondisi aset negara yang dikelola oleh balai tersebut.
Setibanya di lokasi, Maruarar yang lebih dikenal dengan sapaan Ara, langsung tertuju pada sebuah bangunan dua lantai yang terletak di bagian belakang kantor. Bangunan tersebut tampak tidak terawat, dengan kondisi memprihatinkan seperti barang-barang yang berserakan dan tumbuhan liar yang merajalela. Kondisi ini memicu kekecewaan mendalam pada diri Menteri Ara.
"Bagaimana kita bisa mengelola aset negara seperti ini?" ujarnya kepada awak media dengan nada prihatin.
Usai mengikuti rapat internal, Ara kembali mengangkat isu terkait bangunan terbengkalai tersebut di hadapan Kepala BP2P Jawa II, Mulya Permana. Ia mempertanyakan alasan di balik pembiaran aset negara yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara optimal.
Mulya Permana menjelaskan bahwa bangunan tersebut sebelumnya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai fasilitas pengolahan sampah dengan menggunakan teknologi biodigester, sebelum akhirnya dialihfungsikan menjadi kantor balai.
Namun, penjelasan tersebut belum sepenuhnya memuaskan Menteri Ara. Ia meminta agar alat biodigester yang ada dihibahkan kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, ia menekankan pentingnya perbaikan segera terhadap bangunan tersebut agar dapat menunjang kinerja kementerian.
"Aset ini harus memberikan manfaat, baik untuk sosialisasi kepada masyarakat, meningkatkan produktivitas kerja, maupun sebagai wadah interaksi yang baik. Kantor pemerintahan harus responsif terhadap keluhan masyarakat. Untuk apa ada kantor jika tidak memberikan manfaat bagi rakyat? Jika saya datang lagi dan tidak ada perubahan, akan ada konsekuensi," tegas Ara.
Tidak hanya menyoroti kondisi bangunan terbengkalai, Ara juga mempertanyakan kinerja BP2P Jawa II selama enam bulan terakhir. Ia ingin mengetahui secara rinci kegiatan apa saja yang telah dilakukan dan pencapaian apa yang telah diraih.
"Apa saja kegiatan yang telah dilakukan dalam enam bulan terakhir?" tanyanya.
Jawaban yang diberikan oleh pihak balai dinilai Ara belum memenuhi ekspektasi yang diharapkan. Ia menyoroti kurangnya pengawasan dan minimnya temuan di lapangan terkait program-program perumahan yang dijalankan.
"Hanya itu saja? Apakah ada pengawasan terhadap rumah-rumah subsidi? Apa saja temuannya? Jangan sampai saya yang menemukan masalah terlebih dahulu, sementara Bapak tidak. Jika itu terjadi, saya akan menganggap Bapak tidak turun ke lapangan," tegasnya.
Ara juga mengingatkan pentingnya inovasi dalam menghadapi keterbatasan anggaran. Ia mendorong BP2P Jawa II untuk mencari solusi kreatif dan terobosan baru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
"Kita harus kreatif dan inovatif dalam pengawasan rumah subsidi, desain rumah subsidi, dan pelatihan. Jangan hanya mengandalkan anggaran. Kita bisa membuat terobosan seperti BPHTB gratis. Keterbatasan anggaran seharusnya tidak membuat kita lemah. Saya akan melakukan review kembali di sini," pungkasnya.