Kebijakan Jam Masuk Sekolah Pukul 06.00 Tuai Pro dan Kontra di Cirebon
Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menerapkan jam masuk sekolah pukul 06.00 pagi menuai berbagai reaksi dari masyarakat Kota Cirebon. Kebijakan yang digagas dengan tujuan meningkatkan disiplin dan efisiensi waktu belajar ini, di satu sisi mendapatkan dukungan, namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran, khususnya di kalangan orang tua.
Sejumlah orang tua di Cirebon menyambut baik inisiatif ini. Wulan, seorang ibu yang anaknya bersekolah di kelas 4 SD, mengungkapkan bahwa perubahan jam masuk tidak menjadi masalah baginya. Ia justru melihatnya sebagai kesempatan untuk melatih kedisiplinan anak. "Saya setuju saja. Urusan menyiapkan sarapan tidak merepotkan. Justru ini membuat anak terbiasa bangun lebih pagi dan menjadi lebih disiplin," ujarnya.
Senada dengan Wulan, Haryadi, orang tua siswa SMP, juga menyatakan dukungannya. Ia tidak keberatan harus mengantar anaknya lebih pagi demi mendukung kebijakan ini. "Biasanya masuk sekolah jam 07.00 WIB. Tapi menurut saya ini bagus, jadi anak dibiasakan bangun lebih pagi. Saya sendiri tidak masalah untuk mengantar anak ke sekolah," katanya.
Namun, tidak semua orang tua di Cirebon sependapat. Wawan, seorang ayah yang anaknya duduk di kelas 7 SMP, merasa keberatan dengan perubahan jam masuk sekolah yang lebih pagi. Ia khawatir kebijakan ini akan menambah kerepotan, terutama karena ia juga memiliki anak kecil yang masih membutuhkan perhatian.
"Kalau saya sendiri keberatan. Karena selain punya anak yang sekarang sekolah SMP, saya juga punya anak yang masih kecil," ungkap Wawan. "Jadi kalau jam masuk sekolah dimajukan, kayaknya bakal agak repot. Soalnya saya dan istri juga harus mengurus anak yang masih kecil. Yang mengantar anak sekolah saya," imbuhnya.
Reaksi juga datang dari kalangan pendidik. Kepala SMP Negeri 1 Kota Cirebon, Lilik Agus Darmawan, menyatakan dukungannya terhadap kebijakan ini. Ia yakin siswa akan mampu beradaptasi dengan perubahan jadwal, mengingat jarak tempuh di perkotaan relatif dekat dan banyak siswa yang diantar oleh orang tua. Meski demikian, ia menekankan pentingnya sosialisasi yang efektif sebelum kebijakan ini diterapkan secara resmi.
"Perlu sosialisasi juga tentunya kepada siswa maupun orang tua," tegas Lilik.
Lilik juga menambahkan bahwa SMP Negeri 1 Kota Cirebon telah menerapkan sistem lima hari sekolah, sehingga perubahan ini tidak akan terlalu signifikan. "Di Kota Cirebon memang sudah berjalan lima hari sekolah. Untuk Sabtu dan Minggu itu waktu mereka untuk bercengkrama dengan keluarga. Family time lah," jelasnya.
Sementara itu, Neni, seorang guru di SMP Negeri 16 Kota Cirebon, juga menyambut baik kebijakan ini. Ia menilai perubahan jam masuk tidak akan menyulitkan guru maupun orang tua yang mendukung. Neni juga menekankan pentingnya pemanfaatan waktu akhir pekan untuk kegiatan positif yang mengembangkan keterampilan hidup siswa.
"Life skill di sini artinya, misal yang orang tuanya dagang, ya bisa ikut. Yang orang tuanya bertani, ya ikut ke sawah. Jadi anak itu punya skill," pungkas Neni.
Dengan demikian, penerapan jam masuk sekolah pukul 06.00 pagi di Jawa Barat, khususnya di Kota Cirebon, menjadi isu yang kompleks dengan berbagai sudut pandang. Keberhasilan kebijakan ini akan sangat bergantung pada sosialisasi yang efektif, dukungan dari orang tua dan pendidik, serta adaptasi yang baik dari para siswa.
- Dukungan: Sebagian orang tua dan pendidik mendukung kebijakan ini dengan alasan disiplin dan efisiensi waktu.
- Keberatan: Sebagian orang tua merasa keberatan karena kerepotan mengurus anak kecil dan mengantar sekolah lebih pagi.
- Sosialisasi: Pentingnya sosialisasi yang efektif kepada siswa dan orang tua.
- Keterampilan Hidup: Pemanfaatan waktu akhir pekan untuk mengembangkan keterampilan hidup siswa.