Kisah Abadi Baharu: 40 Tahun Menjaga Nilai Sejarah di Tengah Sepinya Pasar Baru

Pasar Baru, saksi bisu perkembangan Jakarta, kini berjuang menghadapi kenyataan pahit. Gelombang pandemi Covid-19 telah menghantam denyut nadi perekonomian kawasan bersejarah ini, meninggalkan jejak sepi yang terasa begitu dalam. Di antara ruko-ruko yang meredup dan langkah kaki yang tak seramai dulu, terselip kisah seorang pedagang yang teguh menjaga warisan masa lalu.

Baharu, pria berusia 59 tahun, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Pasar Baru selama empat dekade. Sejak tahun 1985, ia setia menjajakan koleksi uang kunonya, saksi bisu perjalanan panjang bangsa. Di tengah gempuran modernisasi dan perubahan zaman, Baharu tetap konsisten dengan kecintaannya pada sejarah dan budaya.

"Dulu, sebelum banyak toko modern, Pasar Baru ini ramai sekali. Uang kuno ini bukan sekadar barang dagangan, tapi juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tak ternilai," ungkap Baharu dengan mata berbinar saat ditemui di lapaknya yang sederhana.

Bagi Baharu, Pasar Baru bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah kedua. Ia tumbuh dan berkembang di lingkungan pasar, menyaksikan sendiri perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Masa-masa kejayaan Pasar Baru, dengan hiruk pikuk pedagang dan pembeli, masih terukir jelas dalam ingatannya.

"Sebelum pandemi, dagangan saya lumayan laris. Tapi sekarang, pengunjung jauh berkurang. Bahkan, ada hari-hari di mana tidak ada satu pun pembeli," keluhnya.

Meski omzet penjualan merosot tajam, Baharu tak pernah sekalipun berpikir untuk menyerah. Baginya, berjualan uang kuno adalah panggilan jiwa. Ia ingin terus melestarikan sejarah dan budaya bangsa, terutama kepada generasi muda.

"Saya senang dengan sejarahnya. Saya ingin anak-anak muda tetap mengenal warisan leluhur," tuturnya.

Kisah Baharu adalah cerminan dari perjuangan para pedagang Pasar Baru lainnya. Banyak dari mereka yang harus gulung tikar akibat sepinya pengunjung. Toko-toko besar yang dulunya menjadi daya tarik utama, kini banyak yang tutup atau hanya buka pada waktu-waktu tertentu.

Sandra, seorang petugas keamanan Pasar Baru, membenarkan kondisi memprihatinkan ini.

"Dulu Pasar Baru ini ramai sekali, sekarang sepi. Kami berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dan membantu menghidupkan kembali Pasar Baru," harapnya.

Pasar Baru, dengan sejarahnya yang panjang, memiliki potensi besar untuk kembali menjadi pusat perdagangan dan wisata yang menarik. Selain menjual berbagai macam barang, Pasar Baru juga memiliki sejumlah situs budaya, seperti klenteng dan gereja tua. Para pedagang berharap pemerintah dapat melakukan revitalisasi dan program-program yang dapat menarik minat pengunjung, terutama generasi muda.

Baharu sendiri memiliki harapan sederhana. Ia ingin agar anak-anak muda kembali tertarik untuk belajar sejarah melalui koleksi uang kuno yang ia jual.

"Pasar Baru ini adalah ikon Jakarta. Semoga bisa kembali seperti dulu," pungkasnya dengan nada penuh harap.