Trump Akui Sulitnya Negosiasi dengan Xi Jinping Meski Mengaguminya
Hubungan Amerika Serikat dan China kembali diuji. Mantan Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini mengungkapkan pandangannya mengenai Presiden China, Xi Jinping, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan melalui platform media sosial Truth Social.
Trump mengakui bahwa meskipun ia menyukai Xi Jinping, negosiasi dengannya bukanlah perkara mudah. "Saya menyukai Presiden China, Xi, selalu menyukainya, dan akan selalu menyukainya, tapi dia SANGAT KERAS, DAN SANGAT SULIT UNTUK DIAJAK BERUNDING," tulis Trump.
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat antara Washington dan Beijing terkait perjanjian perdagangan yang sebelumnya disepakati di Jenewa, Swiss. Pemerintah AS menuduh China melanggar kesepakatan tersebut, terutama terkait pelonggaran pembatasan ekspor tanah jarang, sementara China mengkritik AS karena upaya berkelanjutan untuk membatasi akses mereka terhadap teknologi canggih.
Beberapa waktu lalu, pengadilan perdagangan AS sempat memutuskan bahwa Trump telah melampaui batas kewenangannya dalam menerapkan tarif terhadap impor dari China dan negara lain berdasarkan undang-undang darurat. Namun, keputusan ini kemudian ditangguhkan oleh pengadilan banding federal untuk mempertimbangkan banding yang diajukan oleh pemerintahan Trump.
Ketegangan ini juga diperburuk oleh keputusan pemerintahan Trump untuk mulai mencabut visa bagi mahasiswa China. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengakui bahwa pembicaraan perdagangan antara kedua negara mengalami kemandegan dan mendesak para pemimpin untuk kembali mempertimbangkan posisi masing-masing.
Gedung Putih sempat mengindikasikan bahwa Trump dan Xi Jinping mungkin akan melakukan pembicaraan melalui telepon untuk membahas perbedaan yang ada. Namun, hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi mengenai apakah percakapan tersebut telah terjadi.
Berikut adalah poin-poin penting yang menjadi sorotan:
- Hubungan Personal: Trump menegaskan bahwa ia menyukai Xi Jinping.
- Kesulitan Negosiasi: Trump mengakui bahwa Xi Jinping adalah negosiator yang tangguh.
- Sengketa Perdagangan: AS dan China saling tuduh terkait pelanggaran perjanjian perdagangan.
- Tarif Impor: Pengadilan AS sempat mencabut tarif impor yang diberlakukan oleh Trump, namun kemudian ditangguhkan.
- Pembatasan Teknologi: China mengkritik AS karena membatasi akses mereka terhadap teknologi canggih.
- Visa Mahasiswa: AS berencana mencabut visa bagi mahasiswa China.
- Kemandegan Pembicaraan: Pembicaraan perdagangan antara kedua negara terhenti.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara AS dan China, di mana sentimen personal dan kepentingan nasional saling bertentangan. Masa depan hubungan kedua negara akan sangat bergantung pada kemampuan para pemimpin untuk mengatasi perbedaan dan menemukan titik temu yang saling menguntungkan.