Keluarga Korban Longsor Cirebon Menanti dengan Cemas: Pencarian Sopir Truk Tambang Terus Dilakukan
Di tengah upaya pencarian yang terus berlangsung di lokasi longsor Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, keluarga Heri Santono atau Tono, seorang sopir truk tambang yang menjadi korban, terus menanti dengan cemas. Ade, adik kandung Tono, setiap hari mendatangi posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan harapan mendapatkan kabar baik tentang kakaknya yang telah enam hari tertimbun material longsor.
"Setiap hari kami datang ke sini, berharap ada perkembangan terbaru dari petugas. Kami sangat ingin Tono segera ditemukan," ujar Ade dengan nada penuh harap. Tono, seorang sopir truk pengangkut material tambang yang berpengalaman, menjadi salah satu dari empat korban yang masih belum ditemukan pasca-longsor. Usianya yang sudah menginjak 56 tahun dan pengalamannya selama lebih dari lima tahun di lokasi tambang tersebut membuat kehilangannya semakin dirasakan oleh keluarga dan rekan-rekannya.
Kabar longsor yang mendadak membuat Ade bergegas menuju lokasi kejadian. Awalnya, ia hanya ingin memastikan kondisi kakaknya. Namun, kenyataan pahit harus diterimanya. "Keluarga sangat terpukul dengan kejadian ini, terutama ibu yang kondisinya sedang tidak baik karena harus rutin menjalani cuci darah," ungkap Ade dengan suara lirih. Tono, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, selama ini menjadi tulang punggung keluarga, terutama sejak ayah mereka meninggal dunia. Musibah ini semakin menambah beban keluarga, terutama sang ibu yang kesehatannya terus menurun.
Kondisi sang ibu yang sedang dirawat di rumah sakit dengan masalah ginjal yang mengharuskannya menjalani cuci darah dua kali seminggu semakin memperburuk suasana. "Kondisi ibu sangat mengkhawatirkan. Selain masalah kesehatan fisik, mentalnya juga sangat terpengaruh setelah mendengar kabar tentang kakak," jelas Ade.
Truk berwarna putih yang biasa dikendarai oleh Tono telah berhasil dievakuasi dari lokasi longsor. Namun, keberadaan Tono sendiri masih menjadi misteri. Truk tersebut kini menjadi simbol penantian dan harapan bagi keluarga yang terus menanti kepulangannya.
Setiap hari, keluarga Tono datang ke lokasi evakuasi dengan satu harapan yang sama: agar Tono segera ditemukan, dalam kondisi apa pun. Penantian yang penuh dengan kecemasan dan doa ini terus berlanjut, diiringi dengan harapan akan adanya kabar baik dari tim penyelamat.