Aliran Devisa Negara Tergerus, Masyarakat Indonesia Lebih Memilih Layanan Kesehatan di Luar Negeri

Devisa Negara Menipis Akibat Masyarakat Indonesia Lebih Memilih Berobat ke Luar Negeri

Setiap tahunnya, sekitar satu juta warga negara Indonesia (WNI) memilih untuk mencari layanan kesehatan di luar negeri. Kecenderungan ini menyebabkan devisa negara mengalami "kebocoran" yang diperkirakan mencapai Rp 200 triliun per tahun. Pemerintah mengakui bahwa fenomena ini menjadi perhatian serius dan berupaya mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Alasan Masyarakat Indonesia Lebih Memilih Berobat ke Luar Negeri

Menurut Jonathan Tahir, Komisaris Utama PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, ada dua alasan utama yang mendorong WNI untuk berobat ke luar negeri:

  • Kualitas Layanan Kesehatan: Masyarakat menilai bahwa negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura menawarkan kualitas layanan kesehatan yang lebih baik.
  • Biaya: Meskipun terkesan mahal, banyak WNI beranggapan bahwa biaya berobat di luar negeri lebih terjangkau dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan di dalam negeri.

Jonathan Tahir menantang pengelola rumah sakit di Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan dan menekan biaya agar dapat bersaing dengan rumah sakit di luar negeri. Kemitraan antara rumah sakit di Indonesia dan rumah sakit internasional juga dipandang sebagai solusi untuk melakukan transfer pengetahuan dan meningkatkan kualitas pelayanan.

Dampak Berobat ke Luar Negeri

Menko PMK, Pratikno, mengungkapkan bahwa devisa negara yang "bocor" akibat WNI berobat ke luar negeri mencapai Rp 200 triliun per tahun. Pemerintah tengah berupaya memperluas jangkauan rumah sakit yang lebih unggul untuk menambal kebocoran devisa tersebut. Pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas SDM di bidang kesehatan juga menjadi fokus utama pemerintah.

Upaya Pemerintah Mengatasi Kebocoran Devisa

Pemerintah berencana untuk mengembangkan 32 unit rumah sakit menjadi tipe C di berbagai daerah di Indonesia. Peningkatan standar kualitas, teknologi, dan keterjangkauan layanan kesehatan menjadi prioritas utama. Program ini merupakan bagian dari program quick win Presiden Prabowo Subianto dalam bidang pembangunan manusia tahun 2025.

Selain itu, pemerintah juga akan membangun 34 rumah sakit di seluruh pelosok Indonesia pada tahun mendatang. Pendidikan dokter juga akan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di seluruh pelosok Indonesia dan mendukung pembangunan manusia serta menurunkan angka stunting.