Ekspektasi dan Harapan Pengemudi Ojek Online Terhadap Pemberian THR Idul Fitri

Ekspektasi dan Harapan Pengemudi Ojek Online Terhadap Pemberian THR Idul Fitri

Imbauan Presiden Prabowo Subianto terkait pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Idul Fitri 1446 H/2025 M kepada para pengemudi ojek online (ojol) telah memicu beragam reaksi dan harapan dari para mitra pengemudi. Beragam pendapat mengemuka, menunjukkan keragaman kebutuhan dan ekspektasi mereka terhadap besaran THR yang akan diterima.

Di tengah ketidakpastian pendapatan harian yang fluktuatif, para pengemudi ojol memiliki harapan yang berbeda-beda terhadap besaran THR yang ideal. Rahmat (33), seorang pengemudi ojol di Jakarta Selatan, menyatakan harapannya untuk menerima THR minimal Rp 3.000.000. Menurutnya, nominal tersebut setara dengan pendapatan harian Rp 100.000, jumlah yang cukup signifikan untuk membantu memenuhi kebutuhan selama hari raya.

Sementara itu, Taufiq Rachmad (29) menunjukkan pandangan yang lebih moderat. Ia tak berharap nominal yang terlalu besar, menekankan pentingnya adanya THR sebagai tambahan penghasilan. Meskipun demikian, Taufiq menilai besaran THR yang layak berada di kisaran Rp 1.000.000 hingga Rp 3.000.000.

Eko Novian (33), pengemudi ojol lainnya, mengajukan usulan yang menarik. Ia berpendapat bahwa besaran THR sebaiknya disesuaikan dengan usia pengemudi. Usulannya didasarkan pada asumsi bahwa pengemudi yang lebih lanjut usia, terutama mereka yang berusia 50 tahun ke atas, lebih membutuhkan dukungan finansial yang lebih besar, yaitu sekitar Rp 1.000.000. Sedangkan untuk pengemudi berusia 40 tahun ke bawah, ia mengusulkan nominal yang lebih rendah, yakni Rp 500.000 untuk usia 40-30 tahun, dan Rp 300.000 atau Rp 200.000 untuk usia di bawah 30 tahun. Sistem ini, menurut Eko, dapat meringankan beban aplikator mengingat jumlah pengemudi ojol yang sangat besar.

Nuraini (40), seorang pengemudi ojol di Jakarta Utara, mengungkapkan kesulitan untuk menentukan target besaran THR yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh pendapatannya yang tidak menentu setiap bulannya. Namun, ia berharap agar besaran THR diberikan secara merata kepada semua pengemudi untuk menghindari kecemburuan sosial.

Beragam harapan ini menggambarkan kompleksitas situasi para pengemudi ojol. Di satu sisi, mereka mengharapkan dukungan finansial yang cukup untuk merayakan Idul Fitri, di sisi lain, mereka menyadari tantangan yang dihadapi oleh aplikator dalam memberikan THR kepada ratusan ribu pengemudi. Oleh karena itu, perlunya solusi yang adil dan bijaksana dari pihak aplikator untuk menjembatani ekspektasi para pengemudi dengan kemampuan finansial perusahaan.

Pernyataan Presiden Prabowo Subianto sebelumnya yang mengimbau perusahaan ojek online untuk memberikan THR berupa uang tunai dan disesuaikan dengan keaktifan kerja, menjadi titik awal bagi pembahasan lebih lanjut mengenai mekanisme distribusi THR yang adil dan transparan. Proses negosiasi dan kesepakatan antara aplikator dan perwakilan pengemudi akan menjadi kunci dalam menentukan besaran THR dan memastikan kepuasan semua pihak.