Krisis Ekonomi Melanda Pertokoan Kranji: Pedagang Merugi, PHK Tak Terhindarkan
Gelombang kesulitan ekonomi menghantam para pedagang di Pertokoan Kranji, Bekasi, memaksa mereka untuk berjuang mempertahankan bisnis yang semakin meredup. Dulu kawasan perbelanjaan ini ramai dikunjungi pembeli, kini yang tersisa hanyalah suasana sepi dan tatapan kosong para pedagang yang mencoba bertahan di tengah gempuran perubahan zaman.
Edi, seorang pedagang pakaian yang telah lama berjualan di Kranji, mengenang masa lalu ketika tokonya selalu dipenuhi pembeli. Namun, sejak popularitas belanja online melonjak, jumlah pengunjung terus menurun. Pandemi Covid-19 memperparah situasi, dan ironisnya, setelah pandemi mereda, kondisi justru semakin memburuk.
"Dulu saat Covid masih mending, masih ada yang beli. Sekarang malah tidak ada pengunjung sama sekali," keluhnya.
Kondisi ini memaksa Edi untuk menutup salah satu tokonya dan mengurangi jumlah karyawan dari empat menjadi hanya satu orang. Pendapatan yang minim seringkali habis untuk dibagi dengan karyawan yang tersisa, membuatnya terpaksa menggunakan tabungan pribadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kalau dulu masih bisa hidup dari hasil jualan, sekarang malah nombok terus," ujarnya.
Kisah serupa juga dialami oleh Julia, seorang pedagang perabot rumah tangga. Ia mengatakan bahwa omzetnya turun drastis hingga 80%, dan seringkali tidak ada pelanggan yang datang sama sekali. Untuk bertahan, ia juga terpaksa mengurangi jumlah karyawan dari tujuh menjadi tiga orang.
"Sepi sekali, kadang tidak ada yang beli sama sekali. Terpaksa nombok terus untuk gaji karyawan," ungkapnya.
Beruntung, Julia mulai menjual produknya secara online. Meskipun tidak menghasilkan banyak keuntungan, setidaknya penjualan online membantunya untuk memutar modal dan tetap bertahan.
"Penjualan online lumayan, sekitar 80% dari total penjualan. Cukup untuk putar modal saja," jelasnya.
Para pedagang di Pertokoan Kranji kini menghadapi tantangan berat. Perubahan perilaku konsumen yang beralih ke belanja online, ditambah dengan dampak pandemi, telah membawa mereka ke jurang krisis ekonomi. Mereka berharap adanya solusi atau dukungan dari pemerintah agar dapat terus bertahan dan menghidupi keluarga mereka.