Anies Baswedan Soroti Keadilan dan Ketimpangan dalam Khutbah Idul Adha
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan khutbah Idul Adha di Lapangan Hijau Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, yang menyoroti isu-isu keadilan dan ketimpangan yang dirasakan di Indonesia. Dalam khutbahnya, Anies secara implisit mengkritik praktik-praktik yang dianggapnya menyimpang dari prinsip keadilan dan kesetaraan.
Anies membuka khutbahnya dengan permohonan kepada Allah SWT, mencurahkan keluh kesah tentang luka-luka yang belum sembuh di Tanah Air. Ia menyinggung tentang kejujuran yang terpinggirkan, kompetensi yang dikalahkan oleh koneksi, dan kemiskinan yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
"Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Malik al-Mulk, Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Mengatur seluruh urusan negeri dan umat manusia. Pada hari yang mulia ini, kami hadir di hadapan-Mu, mengadukan luka-luka yang belum sembuh di Tanah Air kami," ucap Anies dengan penuh penghayatan.
Lebih lanjut, Anies menekankan bahwa keadilan sejati lahir dari keberanian untuk menyentuh akar permasalahan yang mendalam, meskipun hal itu mungkin terasa menyakitkan dan tersembunyi di balik kebiasaan dan kenyamanan. Ia mengajak umat untuk tidak hanya mengharapkan keadilan dari niat baik semata, tetapi juga dari tindakan nyata yang berani dan transformatif.
"Kami sadar, keadilan dan kesetaraan bukan sekadar hasil dari niat baik, tetapi buah dari keberanian untuk menyentuh akar yang dalam, yang kadang menyakitkan, yang sering tersembunyi di balik kebiasaan dan kenyamanan," tegasnya.
Dalam konteks yang lebih luas, Anies menyinggung tentang keruntuhan dinasti-dinasti besar dalam sejarah peradaban. Ia merujuk pada pemikiran Ibnu Khaldun, seorang cendekiawan Muslim terkemuka, yang menyatakan bahwa keruntuhan sebuah kekuasaan tidak selalu disebabkan oleh serangan musuh dari luar, melainkan lebih sering diakibatkan oleh ketimpangan internal yang tidak pernah diatasi.
"Ibnu Khaldun mengamati bagaimana dinasti-dinasti besar runtuh kesimpulannya bukan karena serangan musuh, sesungguhnya runtuh karena ketimpangan internal yang tidak pernah diatasi," jelas Anies, menggarisbawahi pentingnya mengatasi ketimpangan sebagai fondasi utama bagi keberlangsungan sebuah bangsa.
Khutbah Anies ini dapat diinterpretasikan sebagai seruan moral dan refleksi kritis terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia. Ia mengajak umat untuk merenungkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Pesan yang disampaikan Anies relevan tidak hanya dalam konteks perayaan Idul Adha, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara keseluruhan.