Mengapa Harga Mobil Listrik Bekas Merosot Tajam? Ini Analisisnya
Fenomena penurunan harga mobil listrik bekas menjadi sorotan utama di pasar otomotif. Berbeda dengan mobil konvensional, mobil listrik mengalami depresiasi nilai yang signifikan dalam waktu relatif singkat. Seorang pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, memberikan penjelasan mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan tren ini.
Menurut Yannes, penyebab utama anjloknya harga mobil listrik bekas adalah kekhawatiran terkait baterai. Baterai merupakan komponen termahal dalam mobil listrik, menyumbang 30-40% dari harga total kendaraan. Calon pembeli mobil bekas khawatir tentang degradasi kapasitas baterai seiring waktu dan penggunaan. Baterai memiliki siklus pengisian daya terbatas, sekitar 3.000 kali. Setelah 7-8 tahun, garansi pabrik biasanya berakhir, dan biaya penggantian baterai sangat mahal, bahkan bisa melebihi nilai jual mobil bekas itu sendiri.
Selain itu, pesatnya perkembangan teknologi baterai juga berkontribusi pada penurunan harga mobil listrik bekas. Setiap model baru yang diluncurkan menawarkan teknologi baterai yang lebih canggih, dengan densitas energi yang lebih tinggi, jangkauan yang lebih jauh, pengisian daya yang lebih cepat, dan fitur keselamatan yang lebih baik. Hal ini membuat mobil listrik bekas terasa ketinggalan zaman dengan cepat. Misalnya, harga baterai Lithium Ferro-Phosphate (LFP) global telah turun dari $149/kWh pada tahun 2023 menjadi $99/kWh saat ini. Penurunan harga baterai ini berpotensi menurunkan harga mobil listrik baru, yang semakin memperburuk nilai jual mobil listrik bekas.
Contoh nyata dari penurunan harga mobil listrik bekas dapat dilihat pada beberapa model populer:
- Hyundai Ioniq 5 (2023): Harga bekasnya turun sekitar 55% dalam 2,5 tahun.
- Kia EV6 GT Line (2023): Harga bekasnya turun sekitar 57,5% dalam 2,5 tahun.
- Wuling Air ev (2023): Harga bekasnya turun sekitar 51,75% dalam 2 tahun.
Sebagai perbandingan, mobil konvensional biasanya mengalami depresiasi harga antara 15-25% pada tahun pertama, dan 10-15% pada tahun-tahun berikutnya. Perbedaan yang signifikan ini menunjukkan bahwa mobil listrik bekas memiliki nilai jual kembali yang lebih rendah daripada mobil konvensional.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan pasar mobil listrik bekas. Konsumen perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya penggantian baterai dan perkembangan teknologi sebelum membeli mobil listrik, terutama yang bekas. Produsen mobil listrik juga perlu berupaya untuk meningkatkan umur baterai dan mengurangi biaya penggantiannya agar dapat meningkatkan nilai jual kembali mobil listrik bekas.