Konflik Memanas: Elon Musk dan Donald Trump Saling Serang, Tuduhan Terkait Berkas Epstein Mencuat

Perseteruan Sengit: Musk dan Trump Terlibat Perang Kata-kata

Hubungan antara Elon Musk dan Donald Trump, yang dulunya tampak harmonis, kini berubah menjadi perseteruan sengit. Pertikaian terbuka ini bermula dari kritik Musk terhadap RUU yang diajukan Trump, memicu serangkaian serangan balik yang semakin personal.

Perselisihan ini bermula setelah Musk mengakhiri masa jabatannya di Department of Government Efficiency (DOGE). Musk mengkritik RUU yang digagas Trump dengan sebutan "One Big Beautiful," dengan alasan berpotensi memperparah defisit anggaran negara. Trump merespons dengan menuduh Musk menentang RUU tersebut karena pencabutan insentif kendaraan listrik. Ia juga membantah klaim bahwa kemenangan pemilunya tahun lalu didukung oleh dana ratusan juta dolar dari Musk.

"Saya sangat kecewa dengan Elon. Saya telah banyak membantu Elon, dia tahu setiap aspek dari RUU ini, dan dia tidak pernah punya masalah sampai setelah dia pergi," ujar Trump, Minggu (8/6/2025).

Musk tak tinggal diam. Melalui platform X, ia membantah pernah melihat RUU tersebut dan menyatakan ketidakpeduliannya terhadap insentif kendaraan listrik. Fokus utamanya, menurut Musk, adalah menurunkan utang nasional yang dianggapnya sebagai ancaman eksistensial bagi negara.

"Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilihan, Demokrat akan menguasai DPR dan Republik akan berada di posisi 51-49 di Senat. Sungguh tidak tahu terima kasih," tulis Musk dalam tanggapannya.

Serangan balik Musk tak hanya sebatas kebijakan. Ia melontarkan tuduhan serius tanpa bukti bahwa Trump terlibat dalam berkas terkait Jeffrey Epstein, pelaku kejahatan seksual. "Saatnya menjatuhkan bom yang sangat besar. (Trump) ada dalam berkas Epstein. Itulah alasan sebenarnya berkas-berkas itu tidak dipublikasikan," tulis Musk.

Bahkan, Musk menyatakan dukungannya terhadap pemakzulan Trump dan menginginkan JD Vance, wakilnya, untuk menggantikan posisinya.

Saling Bantah Klaim Pemecatan dan Tawaran Suaka dari Rusia

Di tengah memanasnya situasi, Trump mengklaim telah memecat Musk dari jabatan penasihat khusus melalui platform Truth Social. Namun, Musk membantah klaim tersebut dengan menyebutnya sebagai "kebohongan yang sangat kentara."

Perseteruan ini menarik perhatian internasional. Stephen Bannon, sekutu Trump, menyerukan deportasi Musk sebagai imigran ilegal dan penyitaan SpaceX. Menanggapi hal ini, sejumlah pejabat Rusia menawarkan suaka kepada Musk, mengikuti jejak Edward Snowden dan Jan Marsalek.

Dmitry Rogozin, mantan kepala Roscosmos, mengajak Musk bergabung dengan militer Rusia. "Elon @elonmusk, jangan sedih! Anda dihormati di Rusia... datang kemari dan jadi bagian dari kami - pejuang 'Bars-Sarmat'," tulis Rogozin.

Dmitry Novikov, wakil ketua komite urusan internasional parlemen Rusia, juga menyatakan kesiapan Rusia untuk memberikan perlindungan kepada Musk jika dibutuhkan.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan menawarkan diri sebagai mediator untuk mendamaikan kedua tokoh tersebut, dengan imbalan saham Starlink.

Sementara itu, warganet Rusia meramaikan polemik ini dengan meme, membandingkan Musk dengan tokoh-tokoh seperti Yevgeniy Prigozhin, Mikhail Khodorkovsky, dan Boris Berezovsky, yang mengalami nasib tragis setelah berselisih dengan Kremlin.

  • Dukungan Pemakzulan Trump oleh Musk
  • Tawaran Suaka Rusia kepada Musk
  • Klaim Pemecatan Musk oleh Trump
  • Serangan Pribadi Musk terhadap Trump