Hubungan Erat Antara Durasi Tidur dan Risiko Stroke: Perspektif Medis Terbaru
Kualitas dan kuantitas tidur memainkan peran krusial dalam menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Kurang tidur dalam jangka panjang bukan hanya menyebabkan kelelahan, tetapi juga dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, termasuk stroke. Dr. Santi, seorang Spesialis Manajemen Kesehatan dari Corporate HR Kompas Gramedia, menekankan pentingnya tidur yang cukup untuk mencegah risiko stroke.
Kurang Tidur dan Peningkatan Risiko Stroke
Dr. Santi menjelaskan bahwa kurang tidur secara signifikan meningkatkan risiko seseorang terkena stroke, baik stroke iskemik (penyumbatan) maupun stroke hemoragik (pendarahan). Hal ini didukung oleh penelitian yang dipublikasikan di Neurology Journals pada tahun 2023 oleh Christine Eileen Mc Carthy, MSc, dkk. Studi tersebut menganalisis data dari 1.799 peserta dengan usia rata-rata 62 tahun yang pernah mengalami stroke iskemik. Penelitian tersebut menemukan bahwa individu yang tidur kurang dari 5 jam per malam memiliki risiko tiga kali lebih tinggi terkena stroke dibandingkan dengan mereka yang tidur 7 jam atau lebih.
Mekanisme Kurang Tidur Memicu Stroke
Mengapa kurang tidur dapat meningkatkan risiko stroke? Dr. Santi menguraikan beberapa mekanisme yang mendasarinya:
- Peningkatan Tekanan Darah (Hipertensi): Kurang tidur dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah faktor risiko utama stroke.
- Peningkatan Hormon Stres (Kortisol): Kurang tidur meningkatkan kadar hormon kortisol. Kadar kortisol yang tinggi memicu respons peradangan pada pembuluh darah, yang dapat menyebabkan kerusakan. Jika peradangan terjadi pada pembuluh darah di otak, risiko stroke meningkat.
- Gangguan Irama Jantung (Aritmia): Kurang tidur dapat menyebabkan aritmia, yaitu gangguan pada irama jantung. Aritmia meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah, yang dapat menyumbat pembuluh darah. Jika penyumbatan terjadi di otak, stroke akan terjadi.
Mengenali Tanda-Tanda Stroke
Stroke adalah kondisi medis darurat yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian. Setiap menit setelah serangan stroke, sekitar 1,9 juta sel otak dapat mati. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda stroke dan segera mencari pertolongan medis.
Menurut data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa stroke merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI mengidentifikasi beberapa tanda-tanda stroke yang umum:
- Senyum tidak simetris.
- Sering tersedak atau kesulitan menelan air minum secara tiba-tiba.
- Kelemahan mendadak pada separuh anggota tubuh, biasanya bagian kanan.
- Kesulitan berbicara, kata-kata tidak jelas atau tidak nyambung.
- Kebas atau kesemutan pada separuh badan.
- Gangguan penglihatan mendadak, seperti pandangan kabur pada satu mata.
- Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan belum pernah dirasakan sebelumnya.
- Gangguan keseimbangan, seperti merasa berputar atau kesulitan mengkoordinasikan gerakan.
Periode Emas Penanganan Stroke
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda stroke, sangat penting untuk segera membawanya ke rumah sakit dalam waktu 4,5 jam setelah serangan terjadi. Periode ini dikenal sebagai periode emas, di mana pengobatan yang cepat dan tepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan.