Studi Ungkap Penderitaan Ikan Saat Ajal Menjemput: Fakta dan Cara Meningkatkan Kesejahteraan
Studi Ungkap Penderitaan Ikan Saat Ajal Menjemput
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports menyoroti aspek kesejahteraan ikan, khususnya terkait pengalaman rasa sakit selama proses kematian. Penelitian ini berfokus pada ikan trout pelangi (Oncorhynchus mykiss) dan bagaimana mereka mengalami penderitaan saat mati akibat asfiksia udara atau kekurangan oksigen.
Penelitian ini menemukan bahwa ikan trout pelangi mengalami rasa sakit yang signifikan selama rata-rata 10 menit saat mengalami asfiksia udara. Rentang waktu penderitaan ini bervariasi antara 2 hingga 22 menit, dipengaruhi oleh faktor seperti ukuran ikan dan suhu air. Lebih lanjut, studi ini menunjukkan bahwa praktik penumpukan dan pengangkutan ikan dapat meningkatkan penderitaan mereka, bahkan lebih besar daripada penderitaan akibat kehabisan napas itu sendiri.
Meningkatkan Kesejahteraan Ikan: Solusi yang Ditawarkan
Guna meningkatkan kesejahteraan ikan sebelum mereka mati dan dikonsumsi, para peneliti mengusulkan beberapa langkah yang efektif dan efisien secara biaya. Salah satunya adalah penggunaan pemingsanan listrik yang dilakukan dengan benar. Metode ini dinilai dapat mencegah antara 1 hingga 20 jam rasa sakit sedang hingga ekstrem dengan biaya modal yang relatif terjangkau.
Kunci dari pemingsanan yang manusiawi dan efektif adalah memastikan ikan segera pingsan setelah proses pemingsanan dan tetap tidak sadar hingga mati. Para peneliti menekankan bahwa pemingsanan dengan listrik atau perkusi (pemukulan) hanya dapat dianggap etis dan efektif jika diterapkan dengan benar. Artinya, pemingsanan listrik tidak boleh hanya bersifat sementara, sehingga ikan sadar kembali. Selain itu, pemingsanan tidak boleh hanya melumpuhkan ikan tanpa menghilangkan kesadarannya. Alat pemingsanan perkusi juga harus dikalibrasi dengan tepat untuk memastikan efektivitasnya.
Bahaya Pendinginan dalam Es
Studi ini juga menyoroti bahwa praktik membuat ikan kehilangan napas dalam es atau pendingin bukanlah metode pemingsanan yang manusiawi untuk ikan trout. Sebaliknya, cara ini justru dapat menyebabkan rasa sakit yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ikan air dingin seperti trout lebih tahan terhadap suhu rendah, sehingga mereka tetap sadar meskipun ditempatkan dalam kotak bersuhu 4 derajat Celcius.
Para peneliti menemukan bahwa memasukkan ikan trout pelangi hidup ke dalam peti pendingin dapat menyebabkan berbagai masalah tambahan, termasuk kerusakan jaringan akibat pembentukan kristal es, syok termal karena perubahan suhu yang tiba-tiba, dan tekanan fisik dari es. Perlambatan metabolisme pada suhu rendah juga dapat memperpanjang waktu yang dibutuhkan ikan untuk kehilangan kesadaran, seperti yang diamati pada ikan kakap putih (seabass) dan ikan kakap laut (seabream).
Mengukur Kesejahteraan Hewan dengan Kerangka Jejak Kesejahteraan
Dr. Wladimis Alonsor dari Center for Welfare Metrics mengembangkan Welfare Footprint Framework (WFF) atau Kerangka Jejak Kesejahteraan. Metode ini bertujuan untuk mengukur kesejahteraan hewan dengan memperkirakan total waktu hewan mengalami penderitaan atau kesejahteraan dalam berbagai kondisi. Hasil pengukuran ini kemudian diubah menjadi nilai berbasis waktu pada pengalaman subjektif, memungkinkan perbandingan langsung antara berbagai intervensi kesejahteraan hewan, seperti perubahan lingkungan atau dampak kesehatan akibat tindakan manusia.
"Kerangka Jejak Kesejahteraan menyediakan pendekatan berbasis bukti yang ketat dan transparan untuk mengukur kesejahteraan hewan, dan memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat tentang di mana mengalokasikan sumber daya untuk dampak terbesar," kata Alonso.
Peneliti berharap bahwa hasil studi ini dapat membantu membentuk regulasi, meningkatkan standar sertifikasi, dan memandu investasi kesejahteraan ikan yang paling efektif dan hemat biaya.
Studi lengkap oleh Cynthia Schuck-Paim dan rekan-rekan diterbitkan dengan judul "Quantifying the welfare impact of air asphyxia in rainbow trout slaughter for policy and practice" di Scientific Reports, 5 Juni 2024.