Perjuangan Asep: Menjaga Tradisi Lahang dengan Pikulan di Sukabumi
Di tengah hiruk pikuk Kota Sukabumi, seorang pria bernama Asep (55) tetap setia dengan profesinya sebagai penjual lahang keliling. Dengan langkah tegap, ia memikul bambu berisi air lahang seberat 40 kilogram, menempuh perjalanan sejauh 20 kilometer setiap hari.
Sejak tahun 2001, Asep telah menggantungkan hidupnya dari minuman tradisional ini. Dengan harga Rp 5.000 per gelas, ia menjajakan lahang di berbagai sudut kota, mulai dari pasar, pertokoan, hingga tempat-tempat ramai seperti Lapang Merdeka. Rutinitasnya dimulai setiap pagi dari rumahnya di Cikiray, Kecamatan Cisaat. Perjalanan panjang ini bukan tanpa tantangan, terik matahari dan beban berat menjadi teman setia Asep.
Setiap hari, Asep berangkat dari rumahnya di Cikiray, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Ia menapaki jalan sejauh 20 kilometer menyusuri pasar, area pertokoan, hingga tempat olahraga seperti Lapang Merdeka.Dari hasil penjualan, Asep bisa mengantongi sekitar Rp 150 ribu sehari. Setelah dikurangi modal untuk membeli lahang sebesar Rp 50 ribu per jerigen, ia membawa pulang sekitar Rp 100 ribu untuk menafkahi keluarga. Meski penghasilan tak seberapa, Asep tetap bersyukur dan bersemangat.
Lahang, minuman manis yang berasal dari sadapan nira pohon aren, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup Asep. Di tengah gempuran minuman modern, ia tetap mempertahankan cara berjualan tradisional dengan memikul dan menawarkan lahang dari satu tempat ke tempat lain. Baginya, ini bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga upaya untuk melestarikan warisan budaya.
"Saya nikmati saja, sudah biasa jalan kaki dari muda. Kalau duduk terus juga badan malah pegal," ujarnya sambil tersenyum. Semangatnya tak pernah padam, meskipun usianya tak lagi muda. Ia terus melangkah, menjaga tradisi rasa lahang sambil menggantungkan harapan untuk masa depan.
Asep bukan hanya seorang penjual lahang, tetapi juga simbol ketekunan dan semangat pantang menyerah. Di tengah modernisasi kota, ia tetap setia dengan cara hidup tradisionalnya, menjadi pengingat akan kekayaan budaya dan pentingnya menjaga warisan leluhur. Kisahnya adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan menghargai setiap pekerjaan, sekecil apapun itu.
Berikut adalah beberapa tempat di mana Asep sering menjajakan lahangnya:
- Pasar Tradisional Sukabumi
- Area Pertokoan di Pusat Kota
- Lapangan Merdeka
- Tempat-tempat Keramaian Lainnya
Minuman lahang sendiri memiliki beberapa manfaat, meskipun belum banyak penelitian ilmiah yang membuktikannya. Secara tradisional, lahang dipercaya dapat:
- Menyegarkan tubuh
- Menambah energi
- Membantu mengatasi dehidrasi
- Sebagai sumber elektrolit alami
Namun, perlu diingat bahwa lahang juga mengandung gula, sehingga konsumsinya perlu dibatasi, terutama bagi penderita diabetes.
Kisah Asep adalah potret kecil dari kehidupan para penjual tradisional di Indonesia yang terus berjuang di tengah perubahan zaman. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjaga warisan budaya dan menghidupi keluarga dengan keringat sendiri. Semoga kisah Asep ini dapat menginspirasi kita untuk lebih menghargai dan mendukung para pelaku usaha kecil dan tradisional di sekitar kita.