Eksploitasi Anak Demi Simpati Publik: Kisah Pilu di Tojo Una-Una Ternyata Sandiwara

Ironi di Balik Air Mata: Terungkapnya Pemalsuan Kisah Bocah Putus Sekolah di Tojo Una-Una

Sebuah kisah yang menyayat hati tentang seorang siswa sekolah dasar (SD) bernama Galang Rawadhan (12) di Tojo Una-Una (Touna), Sulawesi Tengah (Sulteng), yang dikabarkan terpaksa berhenti sekolah karena keterbatasan ekonomi dan kondisi ayahnya yang lumpuh, ternyata menyimpan fakta yang mengejutkan. Alih-alih potret kemiskinan dan perjuangan, kisah ini justru mengungkap adanya rekayasa dan eksploitasi demi meraih simpati dan bantuan finansial dari masyarakat.

Kepolisian Sektor Una-Una, AKP Mustarim Abbas, mengungkapkan bahwa video viral yang menampilkan Galang menangis karena diminta berhenti sekolah oleh ayahnya, Rikson Lawadang, adalah sebuah "settingan" atau rekayasa. Informasi ini diperoleh dari keterangan para tetangga yang menyebut bahwa adegan tersebut sengaja dirancang sedemikian rupa layaknya sebuah film.

"Itu (video viralnya) sebenarnya semacam film settingan. Informasi dari tetangga bilang itu semua disusun seperti film. Anak itu sebenarnya tetap sekolah, bukan tidak sekolah," ujar AKP Mustarim Abbas.

Lebih lanjut, terungkap bahwa ini bukan kali pertama Rikson Lawadang melakukan aksi serupa. Sebelumnya, ia juga pernah membuat video serupa dengan tujuan mendapatkan bantuan dana dari masyarakat. Namun, dana yang diperoleh justru disalahgunakan untuk berjudi online.

"Bahkan sebelumnya, saat menjelang Lebaran, dia juga pernah minta bantuan untuk beli baju, itu berhasil. Setelah itu kemungkinan dananya habis buat deposit judi, makanya dibuat lagi video baru," jelas Mustarim.

Ironisnya, selain motif ekonomi, terungkap pula bahwa Galang sendiri sebenarnya enggan bersekolah dan seharusnya sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Itu sengaja direkam oleh orang tuanya supaya menarik perhatian publik. Anaknya itu juga malas bersekolah, seharusnya dia itu sudah SMP," beber Mustarim.

AKP Mustarim Abbas menegaskan bahwa pihaknya telah mengantongi bukti-bukti terkait tindakan ayah dan anak tersebut. Bahkan, beberapa warga sekitar sudah lama mencurigai gelagat Rikson Lawadang.

"Saya juga tidak terlalu gegabah bertindak. Tapi ini atas perintah, jadi kami telusuri juga. Orang-orang di sekitar sudah tahu karakter dan kebiasaannya," ungkapnya.

Kapolsek Una-Una tersebut menyayangkan terjadinya situasi ini dan berharap agar kasus ini menjadi pelajaran bagi masyarakat. Ia juga menampik anggapan bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan kepada keluarga Galang. Menurutnya, bantuan dari pemerintah telah datang bertubi-tubi.

"Padahal pemerintah sudah banyak membantu, netizen saja yang bilang tidak dibantu, padahal bantuan sudah datang bertubi-tubi. Kami sampai kasihan melihat situasi ini," jelasnya.

Plh Kasi Humas Polres Tojo Una-Una, Iptu Martono, sebelumnya menjelaskan bahwa Galang tinggal berdua dengan ayahnya setelah ibunya pergi meninggalkan mereka. Galang bersekolah di SDN 2 Wakai, Tojo Una-Una.

Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dan kritis dalam menyikapi informasi yang beredar di media sosial. Simpati dan bantuan memang mulia, namun jangan sampai disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.