Lalu Lintas Udara di Iran: Pesawat Sipil Tetap Terbang di Tengah Ketegangan dengan Israel
Di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, aktivitas penerbangan sipil di wilayah udara Iran menjadi sorotan. Meskipun kedua negara terlibat dalam serangkaian serangan balasan, beberapa maskapai penerbangan dilaporkan tetap menggunakan rute udara yang melintasi Iran. Data dari platform pelacak penerbangan menunjukkan bahwa sejumlah pesawat komersial dan kargo terpantau terbang di atas wilayah udara Iran dalam beberapa hari terakhir.
Salah satu contohnya adalah penerbangan Mahan Air dengan nomor penerbangan IRM050, yang menggunakan pesawat Airbus A340-643. Pesawat ini terbang dari Bangkok, Thailand, menuju Teheran, Iran. Menurut data Flight Radar 24, pesawat tersebut lepas landas dari Bangkok pada pukul 15.33 waktu setempat, kemudian melintasi wilayah udara India dan Pakistan sebelum memasuki wilayah udara Iran sekitar pukul 22.10 waktu setempat. Penerbangan ini tiba di Bandara Teheran pada pukul 23.40 waktu setempat tanpa adanya laporan hambatan signifikan.
Selain Mahan Air, pesawat kargo Cargolux dengan nomor penerbangan CLX9736, menggunakan Boeing 747-8R7F juga tercatat melintasi langit Iran. Pesawat ini terbang dari Zhengzhou, China, menuju Luxembourg. Data menunjukkan bahwa pesawat tersebut melintasi wilayah udara Iran pada tanggal 15 Juni sekitar pukul 07.20 waktu setempat, bergerak lurus dari utara ke selatan. Sama seperti penerbangan Mahan Air, pesawat Cargolux ini juga tidak mengalami kendala yang berarti.
Keberadaan pesawat-pesawat sipil yang terbang melintasi wilayah udara Iran di tengah konflik yang sedang berlangsung menimbulkan pertanyaan tentang risiko dan pertimbangan keselamatan penerbangan. Sebagian besar maskapai penerbangan lainnya tampak menghindari wilayah udara Iran, mungkin karena kekhawatiran terkait potensi bahaya akibat aktivitas militer dan ketidakstabilan regional. Meskipun demikian, beberapa maskapai tampaknya memilih untuk tetap menggunakan rute yang melintasi Iran, kemungkinan karena alasan operasional atau ekonomi. Situasi ini menyoroti kompleksitas manajemen lalu lintas udara di wilayah-wilayah yang bergejolak dan perlunya koordinasi yang cermat antara otoritas penerbangan, maskapai penerbangan, dan pihak-pihak terkait untuk memastikan keselamatan penerbangan sipil.