Misteri Sensasi Geli: Mengapa Sentuhan Sendiri Tak Menghasilkan Tawa?
Menggelitik seseorang seringkali menjadi sumber tawa, namun mengapa upaya menggelitik diri sendiri selalu gagal memicu reaksi serupa? Fenomena aneh ini telah lama menjadi bahan perenungan, bahkan sejak zaman filsuf Socrates dan ilmuwan Charles Darwin, yang mempertanyakan hakikat gelitik dan sensitivitas manusia terhadapnya.
Mengapa Gelitik Jarang Diteliti?
Ahli saraf Konstantina Kilteni berpendapat bahwa studi tentang gelitik seringkali terabaikan. Padahal, menurutnya, gelitik adalah interaksi kompleks yang melibatkan aspek motorik, sosial, neurologis, perkembangan, dan evolusi. Memahami mekanisme gelitik di otak dapat membuka wawasan tentang berbagai aspek ilmu saraf lainnya.
Kilteni, seorang Assistant Professor di Departemen Ilmu Saraf, Karolinska Institutet (KI), Swedia, menyoroti bahwa kesulitan dalam mendefinisikan gelitik menjadi penghalang utama penelitian lebih lanjut. Perbedaan antara gelitikan kuat di ketiak dan sentuhan ringan dengan bulu di punggung menunjukkan kompleksitas sensasi ini.
Mekanisme Otak dalam Meredam Gelitik Diri
Mengapa manusia tidak bisa menggelitik diri sendiri? Jawabannya terletak pada kemampuan otak untuk membedakan antara tindakan diri sendiri dan orang lain. Otak memprediksi kapan dan di mana kita akan menggelitik diri sendiri, sehingga secara otomatis meredam respons gelitik. Namun, proses neurologis yang mendasari fenomena ini masih menjadi misteri.
Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa individu dengan gangguan spektrum autisme cenderung lebih sensitif terhadap sentuhan geli. Studi lebih lanjut tentang perbedaan ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang perbedaan antara otak individu dengan dan tanpa gangguan spektrum autisme.
Evolusi dan Fungsi Gelitik
Gelitik tidak hanya dialami manusia. Kera seperti bonobo dan gorila, bahkan tikus, juga menunjukkan respons terhadap sentuhan geli. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang fungsi evolusioner gelitik. Apa manfaat yang kita peroleh dari sensasi ini?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Kilteni mendirikan laboratorium khusus gelitik, Somatosensation & Gargalesis Lab. Laboratorium ini dilengkapi dengan peralatan canggih, seperti kursi dengan pelat berlubang untuk menempatkan kaki dan tongkat mekanis untuk menggelitik telapak kaki secara standar. Selama eksperimen, para ahli saraf mencatat aktivitas otak dan respons fisik lainnya, seperti detak jantung, keringat, pernapasan, tawa, dan teriakan.
Dengan pendekatan ilmiah yang ketat, Kilteni berharap dapat mengungkap misteri gelitik dan memahami lebih dalam cara kerja otak manusia. Penelitian tentang gelitik tidak hanya akan memberikan wawasan tentang sensasi unik ini, tetapi juga membuka jalan bagi pemahaman yang lebih komprehensif tentang otak manusia itu sendiri.
- Laboratorium Khusus Gelitik
- Somatosensation & Gargalesis Lab.
- Peralatan Canggih
- Kursi dengan pelat berlubang
- Tongkat mekanis