IHSG Menguat Tipis di Tengah Melemahnya Rupiah dan Ketidakpastian Kebijakan AS

IHSG Menguat Tipis di Tengah Melemahnya Rupiah dan Ketidakpastian Kebijakan AS

Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 12 Maret 2025, dibuka dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis sebesar 0,66 persen atau 43,20 poin, mencapai level 6.589,05. Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di pasar spot. Pada pukul 09.02 WIB, IHSG mencatatkan kenaikan, meningkat dari posisi penutupan sebelumnya di angka 6.545,85. Kenaikan ini terjadi di tengah gejolak pasar global yang dipengaruhi oleh kebijakan tarif terbaru Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Ketidakpastian kebijakan AS, khususnya terkait tarif baja dan aluminium sebesar 25 persen untuk Kanada dan negara-negara lain, menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah. Ancaman pengenaan tarif tambahan ini memicu kekhawatiran akan dampak resesi di AS dan berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Hal ini menyebabkan investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi, sehingga mengakibatkan fluktuasi pasar yang signifikan. Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyoroti dampak langsung kebijakan tarif Trump terhadap sentimen pasar. Sementara itu, Ivan Rosanova, analis Binaartha Sekuritas, mengungkapkan potensi koreksi IHSG menuju support Fibonacci 6.413, mengingat IHSG telah menembus support minor 6.511 pada hari Selasa. Rosanova memperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan tren naik selama masih berada di atas 6.361, tetapi penembusan di bawah level tersebut dapat memicu pengujian kembali level 6.226.

Pergerakan Bursa Asia dan Nilai Tukar Rupiah

Bursa saham di kawasan Asia menunjukkan tren yang beragam. Strait Times mencatat penurunan tipis 0,01 persen (0,43 poin) di level 3.825,40. Sementara itu, Shanghai Composite naik 0,02 persen (0,64 poin) ke level 3.380,47, Nikkei 225 menguat 0,32 persen (117 poin) ke level 36.887,50, dan Hang Seng naik 0,18 persen (43,86 poin) ke level 23.826,00. Kondisi ini menunjukkan adanya heterogenitas dalam respon pasar regional terhadap sentimen global. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS di pasar spot juga patut diperhatikan. Pada pukul 09.12 WIB, rupiah berada di level Rp 16.454,5 per dolar AS, melemah 46 poin (0,28 persen) dibandingkan penutupan kemarin di Rp 16.408,5 per dolar AS. Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, mengemukakan bahwa indeks dolar AS masih berada di bawah tekanan (sekitar 103,45) karena kekhawatiran resesi di AS. Selain itu, pelambatan ekonomi global juga turut memberikan tekanan pada aset-aset berisiko, termasuk saham dan nilai tukar di pasar negara berkembang.

Meskipun terdapat sinyal positif dari pembatalan rencana Trump untuk menaikkan dua kali lipat tarif terhadap Kanada, Ariston tetap memprediksi potensi tekanan terhadap rupiah hingga mencapai level Rp 16.500, dengan support di kisaran Rp 16.350. Ia menekankan bahwa sentimen positif dari bursa saham Asia belum tentu sepenuhnya berdampak positif pada pasar Indonesia karena kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi masih tinggi. Secara keseluruhan, situasi pasar keuangan saat ini menunjukkan perlu adanya kewaspadaan dan analisis yang cermat terhadap berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah.