Ayatollah Ali Khamenei: Pengaruh dan Dinasti Keluarga dalam Politik Iran

Ayatollah Ali Khamenei: Pengaruh dan Dinasti Keluarga dalam Politik Iran

Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, menjadi sorotan tidak hanya karena posisinya yang kuat tetapi juga karena peran keluarganya dalam politik Iran. Di tengah laporan mengenai penolakan Donald Trump terhadap rencana Israel untuk membunuhnya, Khamenei terus menjadi tokoh sentral dalam dinamika kekuasaan Iran.

Khamenei: Kekuatan dan Pengaruh

Sebagai Pemimpin Tertinggi sejak 1989, Khamenei memegang otoritas tertinggi di Iran. Ia memiliki kekuasaan untuk memveto kebijakan publik dan memilih kandidat untuk jabatan-jabatan penting. Sebagai kepala negara dan panglima tertinggi militer, termasuk Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), kekuasaannya sangat besar.

Lahir di Mashhad pada tahun 1939, Khamenei dibesarkan dalam keluarga religius. Pendidikan awalnya berfokus pada studi Al-Quran, dan ia memenuhi syarat sebagai ulama pada usia 11 tahun. Namun, ia lebih dikenal karena aktivitas politiknya. Ia bergabung dengan gerakan oposisi terhadap Shah Iran, yang menyebabkan penangkapan, penyiksaan, dan pengasingan.

Setelah Revolusi Islam 1979, Ayatollah Ruhollah Khomeini menunjuknya sebagai pemimpin salat Jumat di Teheran. Pada tahun 1981, ia terpilih sebagai presiden, dan setelah kematian Khomeini pada tahun 1989, ia dipilih sebagai Pemimpin Tertinggi.

Peran Keluarga Khamenei

Keluarga Khamenei, meskipun tidak banyak muncul di depan publik, memainkan peran penting dalam politik Iran. Dari enam anaknya, putra keduanya, Mojtaba, adalah yang paling berpengaruh.

  • Mojtaba Khamenei: Mojtaba, yang dididik di SMA Alavi dan kemudian belajar agama di Qom, dianggap sebagai tokoh berpengaruh dalam lingkaran dalam ayahnya. Ia dituduh melakukan campur tangan dalam pemilihan presiden 2004. Sejak 2010-an, ia dianggap sebagai salah satu individu paling berkuasa di Iran dan disebut-sebut sebagai calon pengganti ayahnya.
  • Mustafa Khamenei: Putra tertua Khamenei, Mustafa, juga seorang ulama. Ia bertugas di garis depan selama perang Iran-Irak.
  • Masoud Khamenei: Putra ketiga, Masoud, menjauh dari lingkaran politik. Ia mengepalai kantor yang mengelola pekerjaan ayahnya dan menyusun biografi serta memoarnya.
  • Meysam Khamenei: Putra bungsu, Meysam, juga seorang ulama dan bekerja bersama Masoud di Kantor Pelestarian dan Penerbitan karya-karya ayah mereka.
  • Bushra dan Hoda Khamenei: Putri-putri Khamenei, Bushra dan Hoda, juga tidak banyak tampil di depan publik. Bushra menikah dengan putra kepala staf di kantor Khamenei, sementara Hoda menikah dengan seorang akademisi.

Keluarga Khamenei memainkan peran penting dalam politik Iran, dengan Mojtaba menjadi tokoh yang paling berpengaruh. Sementara Iran terus menghadapi tantangan internal dan eksternal, peran keluarga Khamenei kemungkinan akan tetap menjadi topik yang menarik dan penting.