GOTO Belum Bagi Dividen Setelah 3 Tahun Melantai di Bursa, Analis Berikan Pandangan

markdown Setelah tiga tahun melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) belum mengumumkan pembagian dividen tunai kepada para pemegang sahamnya. Hal ini menjadi sorotan, terutama mengingat status GOTO sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, memberikan komentarnya terkait situasi ini. Menurutnya, keputusan GOTO untuk tidak membagikan dividen pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun ini adalah hal yang wajar. Ia menekankan bahwa perusahaan perlu menyesuaikan kebijakan dividen dengan kemampuan keuangan yang ada.

"Tidak menjadi masalah kalau GOTO tidak bagi dividen itu tidak jadi masalah, karena harus disesuaikan dengan kemampuan perusahaan," ujarnya.

Lebih lanjut, Nafan menjelaskan bahwa fokus utama GOTO saat ini seharusnya adalah mengoptimalkan kinerja fundamental perusahaan. Ia menyoroti tren positif penurunan net loss GOTO yang didorong oleh pertumbuhan pendapatan, serta peningkatan gross transaction value (GTV) dan gross merchandise value (GMV). Ia juga menekankan pentingnya komitmen GOTO untuk terus mengurangi net loss dan mencapai profitabilitas dalam jangka panjang.

Dari sisi e-commerce, Nafan mencatat bahwa GOTO masih sangat bergantung pada konsumsi domestik, yang menyumbang sekitar 53% dari pendapatan. Hal ini menjadikan GOTO rentan terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Meskipun demikian, ia melihat kebijakan Bank Indonesia (BI) yang pro-pertumbuhan dan pro-stabilitas, termasuk penurunan suku bunga acuan, sebagai katalis positif bagi konsumsi domestik dan sektor e-commerce secara umum.

"Khususnya untuk GOTO ini, kalau profitabilitas memang perlu kesabarannya luar biasa," ungkapnya.

Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2024, GOTO mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 15,9 triliun, meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Rugi usaha juga berhasil ditekan hingga 78% menjadi Rp 2,2 triliun, dan rugi tahun berjalan berkurang signifikan sebesar 94% menjadi Rp 5,5 triliun.