Serangan DDoS di Asia Pasifik Melonjak Tajam, Lembaga Keuangan Jadi Target Utama

Lonjakan serangan Distributed Denial of Service (DDoS) di wilayah Asia Pasifik (APAC) menjadi perhatian serius, khususnya bagi sektor keuangan. Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan, mengindikasikan ancaman yang semakin nyata bagi stabilitas dan kepercayaan dalam ekosistem keuangan digital.

Sebuah laporan komprehensif yang disusun oleh FS-ISAC, sebuah komunitas intelijen siber global, bersama dengan Akamai Technologies, menyoroti bahwa lembaga keuangan di Asia Pasifik menjadi target utama dalam gelombang serangan DDoS yang semakin intensif. Laporan bertajuk "From Nuisance to Strategic Threat: DDoS Attacks Against the Financial Sector" edisi 2025 mengungkapkan bahwa 38% dari total serangan DDoS Layer 3 dan 4 volumetrik menargetkan perusahaan jasa keuangan di kawasan ini pada tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan lonjakan dramatis sebesar 245% dibandingkan dengan hanya 11% pada tahun 2023.

Serangan DDoS, yang dirancang untuk membanjiri sistem target dengan lalu lintas palsu hingga membuatnya tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah, berpotensi melumpuhkan operasional lembaga keuangan dan merusak reputasi mereka di mata nasabah. Dengan sektor keuangan yang semakin mengadopsi teknologi digital, para pelaku kejahatan siber melihat celah untuk mengeksploitasi kerentanan dan mengganggu layanan penting.

Teresa Walsh, Chief Intelligence Officer dan Managing Director FS-ISAC, EMEA, menekankan bahwa serangan DDoS kini semakin canggih dan multidimensi. Mereka tidak lagi hanya sekadar membanjiri jaringan, tetapi juga mengeksploitasi berbagai kerentanan kompleks di seluruh rantai pasokan. Oleh karena itu, penting bagi lembaga keuangan untuk terus mengembangkan pertahanan teknis mereka dan memastikan bahwa sumber daya manusia, perangkat, dan proses bekerja secara sinergis. Penguatan infrastruktur dan pembangunan budaya kewaspadaan serta kolaborasi berkelanjutan menjadi kunci untuk melindungi kelangsungan operasional dan kepercayaan pelanggan.

Laporan tersebut mengidentifikasi beberapa faktor yang berkontribusi terhadap lonjakan serangan DDoS di Asia Pasifik. Ketegangan geopolitik yang meningkat di kawasan ini dan di seluruh dunia, serta maraknya platform DDoS-for-Hire, telah mempermudah para pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangan dengan biaya yang relatif rendah.

Reuben Koh, Director of Security Technology & Strategy, APJ di Akamai, menambahkan bahwa serangan DDoS di Asia Pasifik telah berevolusi menjadi kampanye multi-vektor yang canggih. Para penyerang mengeksploitasi kerentanan sistem dan Application Programming Interface (API) yang terbuka untuk mencapai tujuan mereka. Di tengah pesatnya digitalisasi sektor-sektor vital seperti jasa keuangan, perdagangan, dan industri manufaktur, serangan siber yang terus berulang meningkatkan ancaman terhadap operasional dan reputasi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan perlu bermitra dengan penyedia keamanan siber yang terpercaya untuk mendapatkan analisis ancaman yang komprehensif, solusi yang dapat diskalakan, dan respons cepat terhadap insiden keamanan.

Dengan lanskap ancaman siber yang terus berkembang, lembaga keuangan di Asia Pasifik harus meningkatkan kewaspadaan dan berinvestasi dalam solusi keamanan yang efektif untuk melindungi diri dari serangan DDoS dan ancaman siber lainnya. Kolaborasi antara lembaga keuangan, penyedia keamanan siber, dan pemerintah juga penting untuk menciptakan ekosistem yang lebih aman dan tangguh terhadap serangan siber.