Kontroversi Diet Gula 31 Hari: Klaim Penurunan Berat Badan Drastis Dibantah Ahli

Di tengah maraknya tren diet yang beraneka ragam, sebuah metode kontroversial kembali mencuat, yaitu diet gula. Metode ini, yang menekankan pada konsumsi gula dalam jumlah signifikan, diklaim dapat menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu singkat. Namun, klaim ini menuai perdebatan di kalangan ahli gizi dan medis.

Diet gula ini dipopulerkan oleh sejumlah influencer media sosial, terutama di Amerika Serikat. Mereka mengklaim bahwa dengan mengonsumsi makanan manis seperti buah-buahan, permen, dan gula pasir hampir sepanjang hari, mereka berhasil menurunkan berat badan hingga 14 kilogram dalam beberapa minggu. Pola makan ini biasanya terdiri dari sarapan tinggi gula, seperti pisang dengan taburan gula atau roti selai dengan sirup maple dan buah beri. Makan siang diganti dengan permen, dan camilan berupa lemonade manis serta buah yang ditambahkan gula. Sementara itu, makan malam difokuskan pada sumber protein rendah lemak, sayuran, dan kentang.

Salah seorang YouTuber bahkan membagikan pengalamannya yang mengklaim telah menurunkan berat badan secara signifikan dan merasa lebih berenergi selama menjalani diet gula ini. Pengakuan ini tentu saja menarik perhatian banyak orang yang tengah berjuang dengan berat badan berlebih.

Namun, para ahli memberikan tanggapan yang berbeda. Dr. Nick Norwitz, seorang pakar metabolisme, menjelaskan bahwa penurunan berat badan yang terjadi bukanlah disebabkan oleh konsumsi gula yang tinggi, melainkan karena rendahnya asupan protein. Menurutnya, pembatasan protein dapat mendorong tubuh untuk membakar lebih banyak kalori. Sebuah studi menunjukkan bahwa pria sehat yang mengonsumsi protein dalam jumlah sangat rendah mengalami peningkatan pembakaran energi hingga 400 kalori per hari tanpa melakukan aktivitas fisik tambahan.

Lebih lanjut, Dr. Hector Perez, seorang dokter dan ahli bariatrik, memperingatkan bahwa konsumsi gula berlebihan dapat memicu lonjakan kadar gula darah dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2, terutama jika dilakukan dalam jangka panjang. Ia juga menekankan bahwa diet semacam ini belum terbukti aman bagi kelompok usia lain, seperti perempuan, lansia, atau individu dengan kondisi kesehatan tertentu.

Para ahli sepakat bahwa pendekatan diet yang seimbang, yang mencakup karbohidrat kompleks, protein, lemak sehat, serta sayur dan buah, tetap menjadi cara yang paling aman dan berkelanjutan untuk menjaga berat badan dan kesehatan tubuh. Diet ekstrem seperti diet gula ini sebaiknya dihindari karena berpotensi menimbulkan risiko kesehatan yang serius.