BRIN Kembangkan Teknologi Sel Surya Ramah Lingkungan Berbasis Mikroalga: Harapan Baru Transisi Energi Berkelanjutan
BRIN Kembangkan Teknologi Sel Surya Ramah Lingkungan Berbasis Mikroalga: Harapan Baru Transisi Energi Berkelanjutan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan sebuah terobosan teknologi di bidang energi terbarukan yang berpotensi besar bagi Indonesia. Lembaga tersebut berhasil menciptakan sel surya dye-sensitized solar cell (DSSC) yang memanfaatkan pigmen alami dari mikroalga sebagai pengganti pigmen sintetis berbasis logam. Inovasi ini menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan, ekonomis, dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi masa depan. Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Elektronika (PRE) BRIN, Yuliar Firdaus, menjelaskan bahwa pendekatan ini menawarkan alternatif yang signifikan terhadap ketergantungan pada bahan sintetis yang mahal dan sulit didapatkan.
Secara tradisional, DSSC menggunakan pigmen sintetis seperti rutenium, yang harganya tinggi dan proses produksinya kompleks. Namun, mikroalga yang melimpah di Indonesia menawarkan sumber pigmen alami yang kaya akan klorofil, karotenoid, dan phycocyanin. Pigmen-pigmen ini mampu menyerap cahaya matahari secara efektif dan menjadikannya kandidat ideal untuk aplikasi DSSC. Keunggulan mikroalga lainnya terletak pada kemudahan budidaya, pertumbuhan yang cepat, serta potensi produksi massal tanpa dampak lingkungan yang merugikan. Hal ini menjadikan mikroalga sebagai pilihan yang jauh lebih berkelanjutan dan ekonomis dibandingkan dengan pigmen sintetis berbasis logam.
Proses pengembangan teknologi ini dibagi dalam tiga tahapan selama tiga tahun. Tahap pertama difokuskan pada ekstraksi dan karakterisasi pigmen dari berbagai jenis mikroalga untuk menentukan jenis yang paling efektif. Tantangan utama yang dihadapi pada tahap kedua (tahun berikutnya) adalah optimasi DSSC, termasuk uji coba kombinasi pigmen mikroalga dan modifikasi komponen sel surya untuk meningkatkan efisiensi konversi energi. Yuliar Firdaus menjelaskan bahwa kendala utama saat ini adalah daya rekat pigmen alami pada fotoanoda yang masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, tahap ketiga (2025) akan difokuskan pada upaya peningkatan daya rekat tersebut.
Jika berhasil, inovasi ini akan menempatkan Indonesia di garis depan pengembangan sel surya berbasis pigmen alami. Selain ramah lingkungan, teknologi ini juga menawarkan potensi besar untuk produksi massal dengan biaya yang terjangkau, sehingga dapat mempercepat transisi energi nasional menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, Indonesia dapat berkontribusi signifikan dalam upaya global melawan perubahan iklim dan mengamankan ketahanan energi jangka panjang. Potensi ekonomi dari inovasi ini juga sangat menjanjikan, dengan peluang untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.
Keunggulan utama teknologi sel surya berbasis mikroalga ini meliputi:
- Ramah lingkungan, mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem.
- Ekonomis, karena memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia.
- Berkelanjutan, mendukung transisi energi menuju sumber energi terbarukan.
- Berpotensi untuk produksi massal, memenuhi kebutuhan energi dalam skala besar.
Keberhasilan pengembangan teknologi ini diharapkan mampu mendorong kemandirian energi Indonesia dan memberikan kontribusi nyata terhadap upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.