Pabrik Panel Surya Terintegrasi Terbesar di Indonesia Resmi Beroperasi di Kendal

Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, kini menjadi pusat perhatian dengan beroperasinya PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), sebuah pabrik panel surya terintegrasi yang diklaim terbesar di Indonesia. Peresmian fasilitas produksi ini dilakukan oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, pada Kamis (19/6/2025), menandai langkah signifikan dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di tanah air.

Kehadiran TMAI diharapkan dapat memangkas ketergantungan Indonesia pada impor modul dan sel surya. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi yang mencapai 1 gigawatt (GW) per tahun, setara dengan 1,4 juta lembar panel surya. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya keberadaan TMAI dalam mengurangi impor komponen panel surya.

Agus Gumiwang Kartasasmita menyoroti perbedaan harga panel surya lokal dan impor, di mana produk dalam negeri masih lebih mahal sekitar 30 hingga 45 persen. Hal ini disebabkan oleh belum banyaknya produk lokal yang memiliki sertifikasi KIR 1, sebuah persyaratan penting untuk mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan. Dengan diraihnya sertifikasi KIR 1 oleh TMAI, diharapkan akses pembiayaan akan semakin terbuka lebar.

TMAI merupakan hasil kolaborasi antara Trina Solar Co Ltd (China), PT Daya Sukses Makmur Selaras (anak perusahaan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk dari Sinar Mas Group), dan PT PLN Indonesia Power Renewable. Investasi yang digelontorkan untuk proyek ini mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun dan menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 640 orang.

Lokita Prasetya, Wakil Direktur Utama TMAI, menjelaskan bahwa pabrik ini menggunakan teknologi i-TOPCon Advanced generasi terbaru. Teknologi ini mampu menghasilkan panel dengan daya hingga 720 Wp dan efisiensi mencapai 23,2 persen. Selain itu, TMAI juga akan berfungsi sebagai pusat pelatihan teknologi produksi sel dan modul surya bagi tenaga kerja lokal.

Ferry Salman, Managing Director Sinar Mas, menyampaikan harapan bahwa pabrik ini akan mendorong kemandirian ekosistem industri panel surya nasional. Momentum positif ini diharapkan dapat terus dipertahankan agar industri ini dapat tumbuh kompetitif dan mandiri.

Direktur TMAI, Ooi Kok Tiong, menambahkan bahwa kehadiran pabrik ini juga akan mempercepat hilirisasi industri energi di dalam negeri. Proses hilirisasi ini mencakup produksi wafer, ingot, hingga smelter polisilikon. TMAI diproyeksikan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sekitar 8 persen per tahun. Potensi nilai tambah yang dihasilkan mencapai Rp 3,7 triliun selama masa investasi dan Rp 1 triliun per tahun saat pabrik beroperasi.

Ooi Kok Tiong juga menyoroti keunggulan panel surya buatan TMAI, yaitu efisiensi tinggi dan penggunaan teknologi terkini. Dengan keunggulan ini, panel surya TMAI diharapkan dapat bersaing di pasar global. Pemerintah berharap bahwa dengan beroperasinya TMAI, harga panel surya di Indonesia akan menjadi lebih terjangkau dan kompetitif dibandingkan produk impor.