Lonjakan Kasus IMS di Kalangan Generasi Z: Alarm bagi Kesehatan Reproduksi Nasional
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) baru-baru ini mengungkapkan data yang mengkhawatirkan terkait peningkatan kasus infeksi menular seksual (IMS) di kalangan generasi Z, terutama dalam rentang usia 15 hingga 24 tahun. Data ini menjadi sorotan tajam karena menunjukkan tren yang meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, mengindikasikan adanya permasalahan mendasar terkait kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang perlu segera diatasi.
Lonjakan kasus IMS paling mencolok terlihat pada kelompok usia 15-19 tahun. Data menunjukkan peningkatan yang konsisten dari tahun 2022 hingga 2024. Pada tahun 2022, tercatat 2.569 kasus, kemudian meningkat menjadi 3.222 kasus pada tahun 2023, dan mencapai puncaknya pada tahun 2024 dengan 4.589 kasus. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan generasi muda semakin rentan terhadap IMS.
Kelompok usia produktif 20-24 tahun juga mengalami tren serupa. Bahkan, peningkatan kasus pada kelompok ini jauh lebih drastis. Dari hanya 1.529 kasus, melonjak menjadi 15.170 kasus, hampir sepuluh kali lipat. Meskipun terjadi sedikit penurunan pada tahun 2024 menjadi 14.604 kasus, angka ini masih sangat tinggi dan mengkhawatirkan.
Secara keseluruhan, kasus IMS terbanyak tetap ditemukan pada kelompok usia 25 tahun ke atas. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah kasus pada kelompok ini konsisten berada di atas 30.000 pasien per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa IMS merupakan masalah kesehatan yang serius di semua kelompok usia produktif.
Kemenkes RI merinci lima kasus IMS terbanyak yang tercatat dari Juni 2024 hingga Maret 2025. Data tersebut meliputi:
- Sifilis dini: 10.681 kasus
- Sifilis: 8.336 kasus
- Servisitis proctitis: 7.529 kasus
- Urethritis gonore: 6.761 kasus
- Kandidiasis, BV: 5.185 kasus
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Ina Agustina, menjelaskan bahwa peningkatan kasus IMS pada usia muda disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pengetahuan tentang seksualitas, perilaku seksual yang tidak aman, dan minimnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi. Beberapa IMS yang umum pada remaja dan dewasa muda meliputi klamidia, gonore, sifilis, herpes genital, dan HPV.
"Trennya meningkat dalam tiga tahun terakhir, selain tinggi testing, ini menandakan pentingnya edukasi," ujar Ina Agustina dalam konferensi pers.
Temuan ini menggarisbawahi perlunya tindakan komprehensif untuk mengatasi masalah IMS di kalangan generasi Z. Upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain peningkatan edukasi seksualitas yang komprehensif, promosi perilaku seksual yang aman, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang terjangkau dan berkualitas, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang IMS dan cara pencegahannya. Jika tidak ditangani dengan serius, lonjakan kasus IMS ini dapat berdampak negatif pada kesehatan reproduksi generasi muda dan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.