Inovasi Mahasiswa Unair: Sistem Cerdas Berbasis AI dan IoT untuk Optimalisasi Baterai Kendaraan Listrik

Mahasiswa Unair Kembangkan Sistem Cerdas untuk Optimalkan Baterai Kendaraan Listrik

Surabaya - Tiga mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menciptakan inovasi REVOLT, sebuah sistem cerdas berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) yang dirancang untuk memaksimalkan siklus hidup baterai kendaraan listrik. Proyek ini merupakan bagian dari komitmen Unair terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam bidang energi bersih dan pelestarian lingkungan.

Tim Electric Vehicle on Study (EVOS), terdiri dari Nadia Salsabila Chansa, Rahma Ayu Kusuma Wardani, dan Christofanny Nathaniela Naibaho dari Program Studi Teknik Industri, mengembangkan sistem yang mampu mendeteksi, menganalisis, dan mengelola kondisi baterai bekas kendaraan listrik. Sistem ini bekerja dengan memanfaatkan sensor yang mengukur suhu, arus, dan tegangan baterai. Data yang diperoleh dari sensor-sensor ini kemudian dikirimkan secara real-time ke platform cloud melalui mikrokontroler.

"Dengan dukungan AI, data yang masuk akan dianalisis untuk mendeteksi anomali, mengevaluasi kondisi kesehatan baterai, dan memprediksi potensi kegagalan," jelas Nadia, ketua tim EVOS. "Hal ini memungkinkan baterai untuk digunakan kembali secara efisien dan aman, tanpa risiko kerusakan mendadak."

Lebih lanjut, tim EVOS mengintegrasikan konsep sharing economy ke dalam sistem mereka. Mereka berencana untuk membangun sebuah platform digital yang memungkinkan baterai bekas yang telah direkondisi untuk disewakan kepada pengguna lain.

Konsep Sharing Economy untuk Pemanfaatan Baterai Bekas

Rahma menjelaskan bahwa tujuan dari platform ini adalah untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan, di mana baterai yang sudah tidak terpakai dapat memiliki nilai ekonomi baru. "Kami ingin menciptakan sistem sewa baterai berbasis platform digital, sehingga mengurangi ketergantungan pada produksi baterai baru," ujarnya.

Pengujian menunjukkan bahwa baterai bekas yang telah melalui proses rekondisi mampu mencapai kapasitas hingga 4.940 mAh dan tetap stabil untuk penggunaan hingga 50 kilometer. "Proses rekondisi ini tidak hanya memperpanjang umur baterai, tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat limbah elektronik," tambah Rahma.

Proyek REVOLT ini menunjukkan bagaimana inovasi berbasis data dan teknologi dapat memberikan solusi konkret untuk masalah lingkungan. Dengan semakin meningkatnya penggunaan kendaraan listrik, pendekatan ini membuka jalan menuju sistem ekonomi sirkular yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Harapan untuk Pengembangan Industri Baterai Berkelanjutan

Christofanny menekankan pentingnya kolaborasi dan integrasi teknologi pintar dalam menciptakan sistem yang berkelanjutan. "Dengan menggabungkan teknologi pintar dan pendekatan kolaboratif seperti sharing economy, kami berharap dapat menciptakan sistem yang tidak hanya efisien, tetapi juga inklusif dan berorientasi pada masa depan," katanya.

Tim EVOS berharap bahwa riset mereka dapat menjadi landasan bagi pengembangan industri baterai berkelanjutan di Indonesia. Mereka berharap bahwa inovasi mereka dapat menginspirasi penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam bidang ini, sehingga Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam teknologi baterai yang ramah lingkungan.