Dua Srikandi Peneliti Forensik Kayu Ungkap Misteri Pohon Indonesia
Dibalik keindahan dan manfaat pohon bagi kehidupan, terdapat misteri yang menunggu untuk diungkap. Dua peneliti perempuan Indonesia, Ratih Damayanti dan Fifi Gus Dwiyanti, berada di garis depan dalam mengungkap misteri tersebut melalui bidang forensik kayu.
Ratih Damayanti, Direktur Kebijakan Lingkungan Hidup Kemaritiman, Sumber Daya Alam, dan Ketenaganukliran BRIN, memulai ketertarikannya pada pohon sejak akhir 1990-an. Baginya, pohon bukan sekadar komoditas, melainkan makhluk hidup dengan metabolisme unik yang memberikan manfaat besar bagi kehidupan. Kecintaannya pada pohon membawanya mendalami anatomi kayu, ilmu yang mempelajari struktur internal kayu, sebagai Peneliti Ahli Utama Ilmu Kayu dan Teknologi Hasil Hutan, Anatomi dan Kualitas Lignoselulosa, serta Forensik Lignoselulosa. Anatomi kayu menjadi kunci dalam identifikasi spesies kayu, terutama di Indonesia yang memiliki keanekaragaman kayu yang tinggi.
Sidik Jari Biologis Kayu
Ratih menjelaskan bahwa setiap jenis kayu memiliki ciri anatomi unik yang dapat digunakan sebagai "sidik jari" biologis untuk mengenali spesies, bahkan jika kayu tersebut sudah diolah. Ciri-ciri tersebut meliputi ukuran dan pola pembuluh, keberadaan parenkim, bentuk serabut, serta pola sinar kayu. Keahlian Ratih dalam anatomi kayu telah menghasilkan database ratusan ribu kayu yang tersimpan di Xylarium Bogoriense, perpustakaan kayu terbesar di dunia dengan 193.000 sampel kayu dari lebih 3.600 spesies tumbuhan berkayu di Indonesia.
AIKO: Aplikasi Identifikasi Kayu Otomatis
Database kayu yang besar ini mendorong Ratih dan timnya untuk menciptakan Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) pada tahun 2017. AIKO adalah aplikasi berbasis computer vision yang dapat mencocokkan gambar penampang kayu dengan gambar serupa yang tersimpan di cloud. Aplikasi ini memberikan informasi lengkap mengenai kayu tersebut, termasuk nama lokal, nama latin, nama dagang, klasifikasi, berat jenis, kelas kekuatan, kelas keawetan, dan potensi penggunaannya. AIKO sangat berguna bagi pelaku usaha, industri perkayuan, petugas bea cukai, dan aparat penegak hukum dalam memverifikasi jenis kayu dan memastikan kesesuaian dengan dokumen.
Forensik DNA Kayu
Selain anatomi kayu, pendekatan genetik juga digunakan dalam forensik kayu. Fifi Gus Dwiyanti, Dosen Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, menggunakan forensik DNA untuk mendukung identifikasi kayu, terutama dalam pemberantasan perdagangan kayu ilegal. Menurut Fifi, DNA menjadi kunci ketika struktur anatomi kayu rusak atau tidak dapat diidentifikasi secara visual. Setiap spesies tanaman memiliki sekuens DNA khas yang dapat digunakan sebagai penanda genetik.
Tantangan Ekstraksi DNA Kayu
Ekstraksi DNA dari kayu bukanlah proses yang sederhana karena kayu adalah jaringan mati yang mengalami lignifikasi. Namun, dengan teknik molekuler yang terus berkembang, DNA dari kayu, bahkan dari mebel tua atau serpihan arang, kini bisa ditelusuri asal-usulnya. Riset Fifi telah menghasilkan sejumlah penanda genetik (DNA barcode) untuk beberapa spesies kayu komersial di Indonesia, seperti meranti, merbau, sonokeling, dan ulin.
Kerjasama dengan WRI Indonesia
Baru-baru ini, Fifi bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia untuk mengembangkan database genetika kayu ramin sebagai bagian dari sistem identifikasi kayu berbasis DNA. Untuk membangun database ini, Fifi dan tim IPB turun langsung ke habitat alaminya di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, untuk mengumpulkan sampel jaringan pohon.
Peran DNA dalam Penegakan Hukum
Fifi menekankan bahwa pendekatan DNA sangat berguna dalam konteks penegakan hukum. Analisis DNA dapat digunakan sebagai bukti ilmiah di pengadilan ketika ditemukan balok kayu tanpa dokumen sah atau kayu dalam kontainer ekspor tidak sesuai dengan spesies yang tertera di dokumen. Metode ini juga penting dalam mendukung implementasi sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) serta dalam kerja sama internasional untuk menghentikan perdagangan kayu ilegal lintas batas.
Sinergi Anatomi dan Genetika
Baik pendekatan anatomi kayu oleh Ratih Damayanti maupun pendekatan genetik oleh Fifi Gus Dwiyanti saling melengkapi dalam praktik bioforensik kayu di Indonesia. Dalam penegakan hukum, identifikasi awal dapat dilakukan secara makroskopis atau dengan AIKO. Jika diperlukan verifikasi lebih dalam, analisis DNA dapat dilakukan.
Proyek Wood Identification
Keduanya terlibat dalam proyek Wood Identification (Wood ID) yang diinisiasi WRI Indonesia. Proyek ini bertujuan mengurangi pembalakan liar dengan mempercepat penerapan teknologi identifikasi kayu untuk memverifikasi klaim terkait spesies serta asal-usul kayu dan produk hutan, sekaligus memperkuat penegakan hukum di Indonesia. Wood ID memfasilitasi pengembangan database yang menjadi sumber referensi identifikasi kayu dan aktif berkontribusi dalam mengembangkan pedoman penanganan forensik kayu bagi lembaga penegak hukum.
Di tengah urgensi pelestarian hutan dan meningkatnya tekanan terhadap keanekaragaman hayati, kiprah Ratih Damayanti dan Fifi Gus Dwiyanti menjadi fondasi penting dalam membangun sistem identifikasi kayu yang kuat di Indonesia. Mereka membuktikan bahwa sains memiliki peran strategis dalam menjaga keadilan ekologis dan melindungi pohon sebagai penopang kehidupan.