Konflik Iran-Israel: Analisis Pakar tentang Potensi Dampak Global dan Regional
Konflik yang terus bereskalasi antara Iran dan Israel telah memicu kekhawatiran global, menarik perhatian negara-negara di Timur Tengah, Amerika Serikat, hingga Korea Utara. Seorang pakar hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Sugeng Riyanto, menyoroti berbagai potensi dampak yang dapat timbul jika konflik ini tidak segera diredam, termasuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir dengan konsekuensi yang menghancurkan.
Sugeng Riyanto menjelaskan bahwa akar permasalahan konflik ini terletak pada dua isu utama: kebuntuan negosiasi terkait program nuklir Iran dan kekhawatiran mendalam Israel terhadap pengayaan uranium Iran yang telah melampaui batas 50 persen. Israel khawatir bahwa pengayaan uranium hingga 90 persen dapat digunakan untuk memproduksi senjata nuklir, yang akan menjadi ancaman eksistensial bagi negara tersebut, mengingat ukurannya yang kecil dan kerentanannya.
Secara historis, konflik antara kedua negara telah berlangsung sejak tahun 1948, dan ketegangan semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir akibat konflik Arab-Israel. Dampak dari perang antara Israel dan Iran dapat meluas ke berbagai sektor, termasuk:
- Ekonomi: Gangguan pada distribusi minyak di kawasan Teluk Persia.
- Olahraga: Penghentian turnamen olahraga di Timur Tengah karena alasan keamanan.
- Geopolitik: Munculnya polarisasi kekuatan dunia seperti pada masa Perang Dingin, dengan terbentuknya blok pro-Israel dan blok pro-Iran.
Sugeng menekankan perlunya peran aktif dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan India untuk meredam konflik ini. Pendekatan moderat dan diplomatik dari semua pihak sangat penting untuk mengendalikan situasi dan menjaga stabilitas ekonomi dan pertahanan global.
Keluarnya Iran dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) akan semakin memperburuk kekhawatiran dunia. NPT adalah perjanjian internasional yang bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai.
Menariknya, beberapa negara Timur Tengah seperti Mesir dan Arab Saudi masih menjalin hubungan harmonis dengan Israel karena adanya kerja sama ekonomi. Mesir bahkan menjadi salah satu mitra dagang terbesar Israel, sementara Suriah dan Yordania menunjukkan sikap yang lebih moderat.