Temuan Langka: Hutan Mangrove Sumbawa Utara Jadi Rumah Bagi Spesies Terancam Punah

Penemuan Spesies Mangrove Langka di Pesisir Utara Sumbawa

Kabar menggembirakan datang dari pesisir utara Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), di mana sebuah spesies mangrove langka, Ceriops decandra, ditemukan tumbuh subur di sebuah hutan mangrove. Penemuan ini menjadi angin segar bagi upaya konservasi mangrove secara global, mengingat spesies ini masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status critically endangered atau sangat terancam punah.

Hutan mangrove yang menjadi habitat Ceriops decandra ini terletak di Pulau Nanga Sira, Labu Sawo, Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa. Keberadaan spesies langka ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kelestarian ekosistem mangrove, yang rentan terhadap berbagai ancaman seperti hilangnya habitat, perubahan iklim, dan aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Kayu dari Ceriops decandra memiliki kualitas yang baik sehingga seringkali menjadi incaran untuk dijadikan tiang bangunan.

Upaya Konservasi dan Pengembangan Ekowisata

Identifikasi Ceriops decandra dilakukan oleh Hermawan Some, seorang peneliti mangrove dan pendiri Komunitas Nol Sampah, bersama dengan Kepala Desa Penyaring, Abdul Wahab. Penemuan ini menjadi dasar penting untuk mendorong upaya konservasi yang lebih serius di wilayah tersebut. Hutan Mangrove Pulau Nanga Sira sendiri telah dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sejak tahun 2024, dengan fasilitas jalur tracking sepanjang 750 meter yang membelah hutan mangrove seluas 80 hektar.

Wawan, sapaan akrab Hermawan Some, menekankan pentingnya perhatian pemerintah daerah terhadap keberadaan Ceriops decandra di Pulau Nanga Sira. Ia mengusulkan adanya program konservasi yang terencana dan berkelanjutan untuk memastikan kelangsungan hidup spesies mangrove langka ini. Pengembangan ekowisata di wilayah ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mendukung upaya konservasi, dengan tetap memperhatikan empat prinsip utama ekowisata: konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal, edukasi, dan ekonomi berkelanjutan.

Fungsi Ekologis Mangrove dan Keanekaragaman Hayati

Selain menjadi habitat bagi Ceriops decandra, Hutan Mangrove Pulau Nanga Sira juga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Wawan mengungkapkan bahwa terdapat setidaknya 15 jenis mangrove sejati dan belasan jenis mangrove asosiasi di kawasan ini. Beberapa jenis mangrove sejati yang teridentifikasi antara lain:

  • Avicenia alba
  • Avicenia marina
  • Avicenia ocifinalis
  • Soneratia alba
  • Ceriop tagal
  • Xylocarphus illicifolis
  • Xylocarphus mollucocensis
  • Aegiceras floridum
  • Achanthus (jeuruju)
  • Excoecaria algallocha (kayu buta)
  • Lumnitsera racemose
  • Deris trifolia
  • Rhizophora mucronata

Keberadaan hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting, seperti mencegah abrasi, intrusi air laut, dan meredam gelombang tsunami. Hutan mangrove juga dikenal sebagai penghasil oksigen yang lebih banyak dibandingkan hutan lainnya, serta berperan penting dalam menjaga kesuburan laut dan menjadi tempat berlindung bagi berbagai jenis ikan dan udang.

Selain keanekaragaman mangrove, Hutan Mangrove Pulau Nanga Sira juga menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa liar, seperti monyet ekor panjang dan burung. Hal ini semakin menegaskan pentingnya menjaga dan melindungi hutan mangrove sebagai bagian integral dari ekosistem yang lebih besar.