Gibran Rakabuming Raka: Era Kecerdasan Buatan Membutuhkan Adaptasi, Bukan Penggantian Peran Manusia

Era Kecerdasan Buatan: Adaptasi, Bukan Penggantian

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan bahwa kecerdasan buatan (AI) bukanlah pengganti manusia, melainkan alat bantu yang perlu diadaptasi untuk kemajuan. Pernyataan ini disampaikannya usai menghadiri sebuah seminar tentang AI di SMAN 66 Jakarta pada Rabu, 12 Maret 2025. Gibran menegaskan bahwa kunci keberhasilan di era AI terletak pada kemampuan manusia untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi ini secara efektif. Mereka yang menolak atau mengabaikan AI, menurutnya, akan tertinggal di belakang mereka yang mampu mengintegrasikan AI ke dalam kehidupan dan pekerjaan mereka.

Lebih lanjut, Gibran memberikan contoh konkret bagaimana AI dapat membantu mempermudah berbagai tugas, khususnya dalam proses pemecahan masalah. Ia mencontohkan penggunaan AI dalam menyelesaikan soal matematika. AI tidak langsung memberikan jawaban, tetapi menyediakan rumus dan pendekatan penyelesaian yang tepat, sehingga siswa masih perlu berfikir kritis untuk menemukan solusi. Hal ini menekankan peran AI sebagai alat bantu yang meningkatkan efisiensi dan akurasi, bukan sebagai pengganti kemampuan berpikir kritis dan analitis manusia.

Keunggulan Kompetitif di Era Global

Gibran juga menyoroti pentingnya adaptasi AI bagi Indonesia dalam konteks persaingan global. Banyak negara lain, katanya, telah berinvestasi besar dalam pengembangan dan implementasi AI, terutama dalam pendidikan anak muda. Ia khawatir Indonesia akan tertinggal jika tidak segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan literasi dan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan AI. Keengganan untuk beradaptasi, menurutnya, akan menempatkan Indonesia pada posisi yang kurang kompetitif di dunia internasional.

Integrasi AI ke dalam Kurikulum Pendidikan

Sebagai solusi jangka panjang, Gibran mengusulkan integrasi AI ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Ia berharap Kementerian terkait dapat mempertimbangkan untuk menambahkan AI sebagai mata pelajaran tambahan atau mata pelajaran pilihan di sekolah-sekolah. Hal ini, menurutnya, akan membantu mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menghadapi tantangan dan peluang di era kecerdasan buatan. Integrasi ini, selain meningkatkan pemahaman teknologi AI, juga akan membekali generasi muda dengan keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja masa depan yang semakin bergantung pada teknologi.

Kesimpulannya, pandangan Gibran menekankan pentingnya peran manusia dalam era AI. Bukan sekadar menguasai teknologi, tetapi juga beradaptasi, berinovasi dan berpikir kritis untuk memanfaatkan AI secara optimal demi kemajuan bangsa. Kemajuan teknologi seperti AI harus dilihat sebagai kesempatan untuk meningkatkan kapasitas manusia, bukan sebagai ancaman yang menggantikan peran manusia.