Persaingan Ketat dan Tekanan Waktu: Faktor Penyebab Kecenderungan Mengebut pada Armada Bus Sugeng Rahayu

Persaingan Ketat dan Tekanan Waktu: Faktor Penyebab Kecenderungan Mengebut pada Armada Bus Sugeng Rahayu

Maraknya laporan mengenai perilaku mengemudi yang agresif dan kerap kali ugal-ugalan dari armada bus Sugeng Rahayu telah menjadi perhatian publik. Fenomena ini, yang kerap ditandai dengan kecepatan tinggi baik di jalan raya maupun di area terminal, telah berujung pada sejumlah kecelakaan yang menimbulkan kerugian dan korban jiwa. Berbagai faktor kompleks berkontribusi terhadap perilaku mengemudi yang berisiko tinggi ini, salah satunya adalah tekanan yang diberikan oleh operator perusahaan terhadap para pengemudi.

Menurut Bayu Feng, Sekretaris Jenderal BisMania Community, jadwal operasional yang padat dan persaingan ketat antar perusahaan otobus (PO) menjadi pemicu utama. “Tekanan untuk mencapai ketepatan waktu sangat tinggi,” ungkap Bayu dalam wawancara dengan Kompas.com pada Rabu (12/3/2025). “Antar-jemput bus yang berdekatan, ditambah persaingan dengan PO lain seperti Eka dan Mira, membuat para pengemudi terdorong untuk mengebut demi menggaet penumpang dan tetap kompetitif dalam hal waktu tempuh.” Kondisi ini diperparah oleh rute-rute yang dilalui bus Sugeng Rahayu, seperti Surabaya-Yogyakarta dan Surabaya-Solo, yang dikenal dengan tingkat persaingan yang sangat tinggi di antara operator bus antar kota.

Bayu menambahkan, “Jalur-jalur tersebut sangat kompetitif. Kecepatan menjadi daya tarik utama bagi penumpang yang menginginkan perjalanan yang efisien. Oleh karena itu, banyak pengemudi yang memilih untuk mengebut demi menjaga daya saing perusahaan.” Meskipun demikian, perilaku ini memiliki konsekuensi yang sangat merugikan, terutama terkait keselamatan penumpang dan pengguna jalan lainnya. Meskipun sebagian penumpang mungkin menyukai kecepatan tinggi yang ditawarkan, hal ini tidak dapat mengabaikan risikonya yang besar.

Fenomena mengebut ini, menurut Bayu, cenderung lebih menonjol pada malam hari. “Pada malam hari, tekanan untuk mengejar jadwal lebih terasa, sementara di pagi atau siang hari, para pengemudi cenderung lebih santai karena lebih fokus pada pencarian penumpang,” jelasnya. Pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas permasalahan ini, di mana terdapat sebuah paradoks antara tuntutan komersial dan tanggung jawab keselamatan. Berbagai pihak, termasuk operator PO, regulator, dan penegak hukum, perlu bekerja sama untuk mencari solusi yang terintegrasi agar bisa menekan perilaku mengemudi yang membahayakan ini, sembari tetap memperhatikan aspek ekonomi perusahaan.

Kesimpulannya, perilaku mengemudi yang agresif pada armada bus Sugeng Rahayu merupakan hasil dari kombinasi faktor, termasuk persaingan yang ketat di industri transportasi darat, tekanan waktu operasional yang ketat, serta sistem insentif yang belum tentu sepenuhnya mengutamakan keselamatan. Pembenahan sistem manajemen, penegakan hukum yang tegas, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya keselamatan berkendara menjadi hal krusial dalam mengatasi masalah ini dan menciptakan lingkungan transportasi yang lebih aman bagi semua pihak.