Polemik Pernyataan Ahmad Dhani: Usulan Naturalisasi Pemain Sepak Bola Tua dan Perkawinan Antar Budaya
Polemik Pernyataan Ahmad Dhani: Usulan Naturalisasi Pemain Sepak Bola Tua dan Perkawinan Antar Budaya
Anggota Komisi X DPR RI, Ahmad Dhani, kembali menjadi sorotan publik menyusul pernyataan kontroversialnya terkait naturalisasi pemain sepak bola asing. Usulannya untuk menjodohkan pemain sepak bola naturalisasi berusia di atas 40 tahun dengan perempuan Indonesia, yang dilontarkan dalam rapat Komisi X dengan PSSI pada 5 Maret 2025, menuai kecaman luas. Pernyataan tersebut dilayangkan saat pembahasan naturalisasi tiga pemain: Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Pelupessy. Dhani berargumen bahwa keturunan dari perkawinan tersebut berpotensi menjadi atlet sepak bola berbakat yang lahir di Indonesia. Ia bahkan mengusulkan program tersebut dianggarkan pada tahun 2026.
Pernyataan ini, yang oleh Dhani diklaim sebagai 'genetic development syariah' dan pemikiran out of the box, telah dilaporkan Komnas Perempuan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Komnas Perempuan menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap perempuan, merendahkan martabat bangsa Indonesia, dan bernada rasis. Ketua Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, menegaskan bahwa pernyataan Dhani menempatkan perempuan sebagai sekadar mesin reproduksi dan alat pemuas seksual. Dhani sendiri, menanggapi laporan tersebut dengan tetap bersikukuh pada pendapatnya dan menantang para pengkritik untuk mendalami isu rasisme. Ia menyatakan bahwa usaha menjodohkan janda-janda di seluruh Indonesia dengan pemain sepak bola unggulan dari Asia atau Eropa akan tetap ia lakukan tanpa mempedulikan kritik yang ada. Lebih lanjut, Dhani bahkan menyinggung kemungkinan pemain sepak bola Muslim yang dapat memiliki lebih dari satu istri, sebagai pendukung argumennya.
Kritik atas pernyataan Dhani datang dari berbagai kalangan. Pernyataan tersebut dinilai tidak hanya seksis dan merendahkan perempuan, tetapi juga memperlihatkan pemahaman yang dangkal tentang isu integrasi sosial dan budaya, serta naturalisasi pemain sepak bola. Para pengamat menyoroti potensi munculnya diskriminasi dan permasalahan sosial jika usulan tersebut diimplementasikan. Lebih jauh, metode naturalisasi yang diusulkan jauh dari upaya-upaya yang lebih terstruktur dan komprehensif yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas tim nasional. Banyak yang melihat usulan tersebut sebagai upaya yang populis dan kurang memperhatikan aspek-aspek penting dalam pembinaan atlet.
Perdebatan ini menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam mengeluarkan pernyataan publik, khususnya dari seorang anggota legislatif. Pernyataan kontroversial yang dilontarkan dapat menimbulkan persepsi negatif dan merusak citra lembaga, sekaligus memicu perpecahan di masyarakat. Usulan Dhani, yang dianggap oleh banyak pihak tidak relevan dan berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial, menunjukkan pentingnya kajian mendalam sebelum mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berdampak luas.
Secara keseluruhan, pernyataan Ahmad Dhani telah memicu perdebatan publik yang kompleks tentang isu gender, rasisme, dan naturalisasi pemain sepak bola. Pernyataan tersebut tidak hanya menyinggung perasaan banyak pihak, tetapi juga mengundang pertanyaan mengenai etika dan tanggung jawab seorang pejabat publik dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Ke depan, diperlukan dialog yang lebih konstruktif untuk menghindari pernyataan-pernyataan kontroversial serupa dan fokus pada penyusunan kebijakan yang lebih berbasis data dan mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya yang lebih luas.