IHSG Terkoreksi, Buka di Zona Merah Meski Didukung Sentimen Positif
IHSG Terkoreksi, Buka di Zona Merah Meski Didukung Sentimen Positif
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan IHSG melemah pada Kamis, 13 Maret 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai sesi perdagangan pagi di zona merah, tercatat pada posisi 6.641,02, atau mengalami penurunan 24 poin (0,36%) dibandingkan penutupan sebelumnya. Meskipun demikian, pelemahan ini terjadi di tengah sejumlah sentimen positif baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada awal perdagangan, IHSG bergerak dalam rentang sempit, dengan level tertinggi mencapai 6.707,36 dan terendah menyentuh 6.639,45. Volume transaksi tercatat sebesar 1,62 miliar saham dengan nilai mencapai Rp 1 triliun, melibatkan frekuensi transaksi sebanyak 119.370 kali. Secara sektoral, terlihat pergerakan yang beragam, dengan 210 saham mengalami penguatan, 171 saham melemah, dan 179 saham stagnan.
Secara kinerja mingguan, IHSG menunjukan penguatan tipis sebesar 0,34%, namun dalam tiga bulan terakhir mengalami penurunan yang cukup signifikan, mencapai 7,73%. Sejak awal tahun, IHSG juga masih tercatat melemah sebesar 6,21%. Pergerakan ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.
Analis dari Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memberikan perspektifnya terkait pergerakan IHSG. Ia memprediksi IHSG akan bergerak bervariasi dalam rentang 6.552 hingga 6.800 pada hari ini. Prediksi ini mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk rebound signifikan yang terjadi pada perdagangan sebelumnya, Rabu (12/3/2025), di mana IHSG ditutup naik 1,82% atau 119,19 poin ke level 6.665.
Rebound tersebut, menurut Ratih, didorong oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah inflow investor asing senilai Rp 148,74 miliar yang masuk ke pasar saham Indonesia. Hal ini juga bertepatan dengan menjelangnya musim Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) emiten perbankan, yang kerap menjadi katalis pergerakan IHSG. Kondisi ini terjadi meskipun bursa regional ASEAN cenderung melemah.
Sentimen positif lainnya datang dari lembaga pemeringkat Fitch Rating yang pada 11 Maret 2025 mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil. Fitch menilai Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil dan rasio utang pemerintah yang rendah. Hal ini menjadi salah satu pendorong optimisme investor asing dan mengindikasikan prospek pertumbuhan jangka menengah Indonesia yang positif.
Dari kancah global, pasar saham Wall Street menunjukkan pergerakan bervariasi cenderung menguat setelah rilis data inflasi Amerika Serikat. Inflasi konsumen tahunan di bulan Februari 2025 tercatat 2,8%, lebih rendah dari bulan sebelumnya (3%) dan proyeksi konsensus (2,9%). Data ini akan menjadi pertimbangan penting bagi Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga pada pekan depan.
Sementara itu, di Asia, Kongres Rakyat Nasional China (NPC) telah ditutup. Pemerintah China mengumumkan akan memperbesar defisit fiskal terhadap PDB menjadi 4%, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah. Kebijakan ini meliputi alokasi dana sebesar 1,3 triliun yuan untuk sektor konsumsi dan investasi, termasuk sektor keamanan dan kecerdasan buatan (AI). Alokasi dana lainnya, sebesar 4,4 triliun yuan, ditujukan untuk proyek infrastruktur, akuisisi tanah, pembelian properti tidak terjual, dan pembayaran utang. Kebijakan ini mengindikasikan fokus pemerintah China pada konsumsi domestik, terutama di tengah dampak kebijakan tarif sebelumnya.