BMKG Imbau Kesiapsiagaan Sektor Pangan Hadapi Musim Kemarau 2025

BMKG Imbau Kesiapsiagaan Sektor Pangan Hadapi Musim Kemarau 2025

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait musim kemarau yang diperkirakan akan melanda Indonesia pada tahun 2025. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers daring, menekankan pentingnya antisipasi dan kesiapsiagaan, khususnya bagi sektor pangan yang akan sangat terdampak oleh periode kekeringan tersebut. Prediksi awal musim kemarau di beberapa wilayah diperkirakan dimulai pada bulan April, dengan puncaknya terjadi pada Juni hingga Agustus 2025. Antisipasi dini menjadi kunci utama dalam meminimalisir dampak negatif dari musim kemarau yang panjang.

Langkah-langkah adaptif yang perlu dilakukan oleh sektor pangan meliputi penyesuaian jadwal tanam. Wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih awal atau lebih lambat perlu menyesuaikan waktu tanam untuk menghindari gagal panen. Selain penyesuaian waktu tanam, pemilihan varietas tanaman yang tahan kekeringan juga sangat krusial. Penggunaan varietas unggul yang mampu bertahan dalam kondisi minim air akan sangat membantu menjaga produktivitas pertanian. Lebih lanjut, optimalisasi pengelolaan sumber daya air menjadi faktor penentu keberhasilan menghadapi musim kemarau. Penggunaan teknik irigasi yang efisien dan hemat air perlu diterapkan secara luas untuk memastikan ketersediaan air bagi tanaman tetap terjaga.

Tidak hanya sektor pangan, BMKG juga mengingatkan sektor kebencanaan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Puncak musim kemarau pada Juni hingga Agustus 2025 berpotensi meningkatkan risiko Karhutla. Mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan harus dilakukan secara terintegrasi dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta. Langkah-langkah preventif seperti patroli rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran, dan edukasi kepada masyarakat menjadi hal yang sangat penting untuk menekan angka kejadian Karhutla.

Dwikorita Karnawati secara khusus menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya air. Mengingat potensi berkurangnya curah hujan di sejumlah wilayah, pengelolaan air yang efisien dan efektif sangat krusial untuk mencegah kesulitan air bersih bagi masyarakat. Optimalisasi sumber daya air yang ada, termasuk melalui konservasi air dan efisiensi penggunaan air, menjadi kunci dalam menghadapi dampak kekurangan air akibat musim kemarau. Pemerintah daerah perlu melakukan langkah-langkah strategis dalam memastikan ketersediaan air bersih bagi masyarakat selama musim kemarau berlangsung.

Berikut prediksi BMKG mengenai puncak musim kemarau 2025:

  • Juni dan Juli 2025: Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian utara, sebagian kecil Sulawesi, Papua bagian tengah dan timur.
  • Agustus 2025: Jawa bagian tengah hingga timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Maluku, Maluku Utara, dan sebagian Papua.

BMKG berharap imbauan ini dapat direspon dengan serius oleh seluruh pihak terkait agar dampak musim kemarau dapat diminimalisir dan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.