IHSG Terkoreksi di Awal Perdagangan Akhir Pekan, Tekanan Global dan Sentimen Dalam Negeri Berdampak
IHSG Terkoreksi di Awal Perdagangan Akhir Pekan, Tekanan Global dan Sentimen Dalam Negeri Berdampak
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawali akhir pekan dengan pelemahan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada Jumat (14/3/2025), tercatat pada level 6.647,41, atau mengalami penurunan sebesar 76 poin (1,15%) dibandingkan penutupan sebelumnya. Pergerakan IHSG di pagi hari menunjukkan fluktuasi, dengan titik tertinggi di 6.653,32 dan terendah di 6.554,84. Volume transaksi mencapai 1,35 miliar dengan nilai tukar mencapai Rp 949 miliar, melibatkan 153.409 transaksi.
Dari data perdagangan, terlihat adanya pergerakan yang beragam. Sebanyak 155 saham mengalami penguatan, sementara 223 saham melemah, dan 189 saham stagnan. Secara mingguan, IHSG menunjukan pelemahan sebesar 1,01%, dan penurunan yang lebih signifikan, yaitu 10,34%, dalam tiga bulan terakhir. Sejak awal tahun, IHSG telah terkoreksi sebesar 7,22%.
Analisis lebih lanjut menunjukkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan IHSG. Salah satu faktor eksternal yang signifikan adalah ketidakstabilan pasar saham Amerika Serikat. Berdasarkan riset Mirae Asset Management, pasar saham AS masih menghadapi fluktuasi yang tinggi akibat ancaman tarif baru yang digaungkan Presiden Trump. Dow Jones dan S&P 500 mengalami penurunan yang cukup besar, masing-masing sebesar 1,3% menjadi 40.813,6 dan 1,4% menjadi 5.521,5.
Ancaman tarif baru tersebut berupa tarif 200% untuk produk alkohol dari Uni Eropa, sebagai respons atas tarif 50% yang dikenakan terhadap wiski. Presiden Trump menyampaikan ancaman tersebut melalui platform Truth Social. Di sisi lain, pelemahan dolar AS, yang ditunjukkan oleh indeks dolar (DXY) yang berada di level 103,7 akibat pelemahan terhadap Franc Swiss dan Euro, belum memberikan dampak positif yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Rupiah masih berada di level 16.425 per USD, dan IHSG tercatat melemah 0,3% menjadi 6.647,4.
Kondisi ini diperparah oleh sentimen domestik. Data APBN bulan Februari menunjukkan penurunan penerimaan pemerintah yang signifikan, menjadi indikator perlambatan ekonomi. Ketidakjelasan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global juga menjadi faktor yang memengaruhi pasar. Sepanjang Maret, investor asing mencatatkan net outflows sebesar Rp 2,4 triliun, menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap pasar domestik.
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG pada perdagangan Jumat ini merupakan refleksi dari kompleksitas faktor global dan domestik. Ketidakpastian ekonomi global, khususnya ancaman proteksionisme dari AS, dan perlambatan ekonomi domestik, serta kurangnya sentimen positif dari kebijakan pemerintah, menjadi tantangan utama yang dihadapi pasar saham Indonesia.
Berikut poin-poin penting yang perlu diperhatikan:
- IHSG dibuka melemah 1,15% di level 6.647,41.
- Tekanan dari pasar saham AS akibat ancaman tarif baru Presiden Trump.
- Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS.
- Penurunan penerimaan negara dalam APBN Februari 2025.
- Net outflows investor asing sebesar Rp 2,4 triliun sepanjang Maret.
- Ketidakjelasan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.