Kerja Hibrida: Dampak Positif terhadap Kesejahteraan Karyawan dan Produktivitas Bisnis

Kerja Hibrida: Dampak Positif terhadap Kesejahteraan Karyawan dan Produktivitas Bisnis

Sebuah studi terbaru dari International Workplace Group (IWG) yang dirilis pada Juni 2023 mengungkapkan dampak signifikan sistem kerja hibrida terhadap kesejahteraan karyawan dan produktivitas bisnis. Studi ini, yang melibatkan Dokter umum Sara Kayat, menunjukkan peningkatan yang nyata dalam berbagai aspek kehidupan karyawan yang mengadopsi model kerja hibrida. Keuntungan ini tidak hanya terbatas pada peningkatan waktu luang, tetapi juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan, serta peningkatan produktivitas kerja.

Salah satu temuan kunci studi ini adalah dampak positif kerja hibrida terhadap lima pilar utama kesehatan, yaitu: nutrisi, aktivitas fisik, manajemen stres, tidur, dan koneksi sosial. Waktu yang sebelumnya dihabiskan untuk perjalanan kini dapat dialokasikan untuk aktivitas yang lebih bermanfaat. Data menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam aktivitas fisik, dengan pekerja hibrida rata-rata berolahraga 4,7 jam per minggu, meningkat 38 persen dibandingkan sebelum pandemi. Selain itu, mereka juga mendapatkan tambahan waktu tidur hingga 71 jam per tahun, setara dengan tiga hari penuh istirahat tambahan. Waktu tambahan ini juga berkontribusi pada peningkatan kualitas nutrisi, dengan 70 persen pekerja kini mampu menyiapkan sarapan sehat setiap pagi, dan 54 persen memiliki lebih banyak waktu untuk memasak makanan bergizi.

Studi tersebut juga mencatat peningkatan konsumsi buah-buahan segar (46 persen), sayuran (44 persen), dan ikan (20 persen) di antara pekerja hibrida. Dokter Kayat menekankan pentingnya mengonsumsi makanan segar dibandingkan makanan olahan yang tinggi garam, gula, dan lemak. Perubahan pola makan ini, dikombinasikan dengan peningkatan aktivitas fisik dan waktu istirahat yang cukup, berkontribusi pada peningkatan kesehatan mental dan produktivitas kerja. 80 persen pekerja melaporkan peningkatan produktivitas, dengan setengahnya mengaitkan hal tersebut dengan penurunan tingkat stres. Lebih dari dua pertiga pekerja juga melaporkan kondisi kesehatan mental yang baik, memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan pengurang stres seperti jalan kaki singkat (67 persen) dan olahraga teratur (52 persen).

Meskipun menawarkan banyak manfaat, keberhasilan implementasi kerja hibrida bergantung pada pengelolaan yang efektif untuk mencapai keseimbangan work-life balance. Perusahaan perlu memperhatikan beberapa faktor penting, termasuk penetapan jadwal kerja yang jelas, protokol komunikasi yang efektif, dan akses terhadap teknologi pendukung yang memadai. Penerapan core hours atau jam kerja inti dapat memfasilitasi kolaborasi tim tanpa mengganggu waktu pribadi karyawan. Penting juga untuk menyediakan ruang kerja profesional, terutama bagi mereka yang bekerja sepenuhnya dari rumah, untuk meminimalkan risiko kelelahan dan penurunan produktivitas jangka panjang. Keseimbangan antara fleksibilitas dan struktur merupakan kunci keberhasilan kerja hibrida.

IWG, sebagai penyedia ruang kerja fleksibel terbesar di dunia dengan lebih dari 4.000 lokasi di 120 negara, menawarkan solusi untuk membantu perusahaan mewujudkan sistem kerja hibrida yang efektif. Di Indonesia, IWG memiliki 32 lokasi dan berencana menambah 12 lokasi lagi hingga akhir 2024. Mereka menawarkan tiga merek ruang kerja premium: Signature (mewah, layanan hotel bintang lima), Regus (lokasi strategis, dekat transportasi umum), dan HQ (efisien biaya, fokus produktivitas). Dengan dukungan IWG, perusahaan dapat memastikan karyawan mereka memiliki akses ke lingkungan kerja yang mendukung produktivitas dan kesejahteraan mereka, sehingga memaksimalkan manfaat dari sistem kerja hibrida.

Kesimpulannya, studi IWG secara meyakinkan menunjukkan bahwa kerja hibrida dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan produktivitas bisnis. Namun, penerapannya membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang cermat untuk memastikan keseimbangan antara fleksibilitas dan struktur kerja, serta dukungan infrastruktur yang memadai.