Polemik Penunjukan Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN: Pengalaman di Industri Film Dipertanyakan

Polemik Penunjukan Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN: Pengalaman di Industri Film Dipertanyakan

Penunjukan Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) telah memicu kontroversi di kalangan publik dan insan perfilman Indonesia. Berbagai pertanyaan muncul mengenai kesiapan dan kapabilitas vokalis band Seventeen tersebut dalam memimpin perusahaan produksi film milik negara yang memiliki peran strategis dalam industri perfilman nasional. Kritikan dan keraguan mencuat di media sosial, dipicu oleh latar belakang Ifan sebagai musisi, bukan profesional perfilman berpengalaman.

Salah satu kritik datang dari aktor Fedi Nuril yang melalui akun media sosialnya mempertanyakan kemampuan Ifan dalam menjalankan tugas sebagai Dirut PFN. Sentimen serupa juga diungkapkan oleh artis Luna Maya yang mengekspresikan keheranannya melalui emoji di media sosial. Kritikan yang lebih terstruktur disampaikan oleh sutradara kenamaan Joko Anwar. Dalam wawancara di kanal YouTube Kemal Pahlevi, Joko Anwar menekankan kompleksitas industri perfilman dan kebutuhan akan pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam dan pengalaman yang memadai. Menurut Joko Anwar, meskipun Ifan memiliki pengalaman di industri hiburan, hal tersebut tidak otomatis menjamin kemampuannya memimpin sebuah perusahaan produksi film negara sebesar PFN.

"Industri film sangat kompleks," ujar Joko Anwar. "Saya sendiri dengan 20 tahun pengalaman di industri ini masih merasa belum cukup paham. Apalagi seseorang yang belum memiliki cukup pengalaman di bidang ini." Joko Anwar menambahkan bahwa jika keputusan penunjukan Ifan sudah final, maka langkah terbaik adalah menempatkan Ifan di dalam tim yang dihuni oleh para profesional perfilman berpengalaman yang dapat membimbing dan mendukungnya. Hal ini penting untuk memastikan keberlangsungan dan kesuksesan PFN dalam menjalankan misinya.

Menanggapi kontroversi tersebut, Ifan Seventeen menjelaskan bahwa ia memiliki rumah produksi (PH) sejak tahun 2019 dan telah memproduksi beberapa film, termasuk film berjudul "Kemarin" pada tahun 2020 dan sebuah film lain pada tahun 2021 yang disebutnya sukses di pasaran. Ia mengaku banyak pihak yang belum mengetahui kiprahnya di dunia perfilman. "Banyak publik yang belum tahu, sebenarnya dari tahun 2019 saya sudah punya PH," ujarnya dalam sebuah pernyataan di kantor PFN.

Namun, penjelasan Ifan tersebut belum cukup meredam kontroversi. Pertanyaan mengenai skala dan kompleksitas produksi film yang pernah digarapnya dibandingkan dengan tantangan memimpin perusahaan film negara tetap menjadi sorotan. Perbedaan skala dan tanggung jawab antara memproduksi film secara independen dan memimpin perusahaan produksi film negara menjadi poin penting yang perlu dipertimbangkan. Kontroversi ini menyoroti pentingnya transparansi dan pertimbangan matang dalam proses seleksi dan penunjukan pejabat di perusahaan negara, khususnya di industri yang kompleks seperti perfilman.

Daftar produksi film Ifan Seventeen (menurut pernyataan Ifan):

  • Film Kemarin (2020)
  • Film tanpa judul (2021)

Debat ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan keahlian dan pengalaman yang relevan dalam penempatan posisi kepemimpinan, khususnya di sektor publik yang memerlukan perencanaan strategis dan pengelolaan sumber daya yang efisien dan efektif. Ke depannya, diharapkan proses seleksi pejabat publik di perusahaan negara dapat lebih transparan dan mempertimbangkan aspek kompetensi secara komprehensif.