Strategi Investasi Saham Dividen di Tengah Dinamika Pasar Modal
Strategi Investasi Saham Dividen di Tengah Dinamika Pasar Modal
Musim pembagian dividen tahun buku 2024 telah tiba, menghadirkan peluang investasi menarik bagi para investor di tengah fluktuasi pasar modal. Sejumlah emiten terkemuka di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan rencana pembagian dividen, memicu sorotan tajam dari kalangan analis dan investor. Perusahaan-perusahaan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) menunjukkan komitmen mereka dalam membagikan keuntungan kepada pemegang saham. BBCA misalnya, menetapkan dividen final sebesar Rp 300 per saham, bernilai total Rp 37 triliun. Sementara ASII membagikan dividen Rp 308 per saham, dan EXCL mengalokasikan Rp 1,12 triliun atau setara dengan 62% dari laba bersihnya, yang berarti pemegang saham EXCL akan menerima dividen Rp 85,7 per saham.
Analisis terhadap dividend yield menunjukkan ASII memimpin dengan angka 6,5%, disusul EXCL (3,78%) dan BBCA (2,78%), berdasarkan harga saham pada 13 Maret 2025. Ketiga emiten ini dikategorikan sebagai dividend player dengan karakteristik cyclical, artinya kinerja mereka sensitif terhadap kondisi ekonomi makro. Faktor-faktor yang dapat mendukung daya tarik saham-saham ini antara lain potensi pemangkasan suku bunga, pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5%, dan normalisasi nilai tukar rupiah seiring dengan depresiasi indeks dolar Amerika Serikat. Namun, para ahli juga menyoroti potensi tantangan, terutama terkait optimalisasi dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya yang dikelola oleh Danantara, yang berpotensi menghambat ekspansi perusahaan.
Pandangan beragam muncul dari para analis terkait strategi investasi saham dividen. Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan pembelian saham BBCA, ASII, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga masing-masing Rp 10.400, Rp 5.300, Rp 670, dan Rp 8.300 per saham. Sementara itu, Fath Aliansyah Budiman dari Maybank Sekuritas menekankan pentingnya mempertimbangkan potensi pertumbuhan emiten, tidak hanya dividen. Ia menyarankan untuk menunggu rilis laporan keuangan kuartal I sebelum mengambil keputusan investasi, khususnya untuk saham-saham dalam indeks High Dividend20 (HIDIV20) seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang memiliki potensi pendapatan dari ekspor sebagai alternatif jika daya beli domestik melemah.
Ekky Topan dari Infovesta Utama menganggap BBCA sebagai pilihan utama karena kinerja dan manajemen risiko yang kuat, meskipun dividend yield-nya relatif kecil. Namun, ia juga mengakui adanya ketidakpastian terkait kebijakan Danantara yang berdampak pada saham bank BUMN. Oleh karena itu, emiten non-BUMN dalam indeks HIDIV20 dianggap sebagai alternatif yang lebih stabil. Ekky juga mencatat bahwa saham dengan dividend yield tinggi umumnya berasal dari sektor batubara dan perbankan. Beberapa saham yang direkomendasikan antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), SIDO, ICBP, dan PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dengan target harga masing-masing:
- ANTM: Rp 1.800 - Rp 2.000 per saham
- SIDO: Rp 730 per saham
- JPFA: Rp 2.500 per saham
- ICBP: Rp 12.000 per saham
Felix Darmawan dari Panin Sekuritas menyatakan BBCA tetap menjadi pilihan utama karena fundamental yang kuat dan dividend yield 3,5% untuk tahun buku 2024. ASII juga dinilai menarik karena performa sektor keuangannya yang solid, meskipun harga sahamnya sempat turun pada tahun 2024. EXCL, menurutnya, berpotensi mencatat pertumbuhan kinerja seiring peningkatan kebutuhan data. Felix menyarankan saham pembagi dividen, terutama emiten non-BUMN, sebagai alternatif di tengah ketidakpastian terkait Danantara, dan menambahkan saham batubara sebagai pilihan meski dividend yield-nya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Panin Sekuritas merekomendasikan pembelian saham BBCA, ASII, dan EXCL dengan target harga masing-masing:
- BBCA: Rp 12.000 per saham
- ASII: Rp 5.500 per saham
- EXCL: Rp 2.700 per saham
Kesimpulannya, pemilihan saham dividen memerlukan analisis menyeluruh yang mempertimbangkan dividend yield, potensi pertumbuhan emiten, serta kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah. Diversifikasi portofolio dan pemantauan perkembangan pasar secara terus-menerus sangat penting dalam meminimalisir risiko investasi.