Lonjakan Kasus Demam Berdarah di Jakarta Selatan: Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Intensif Dilakukan
Lonjakan Kasus Demam Berdarah di Jakarta Selatan: Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Intensif Dilakukan
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Selatan mengalami peningkatan signifikan pada tiga bulan pertama tahun 2025, mencapai angka 303 kasus. Angka ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan instansi kesehatan terkait. Kecamatan Jagakarsa tercatat sebagai wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, mencapai 51 kasus, disusul Kelurahan Kebayoran Lama Utara dengan 19 kasus. Peningkatan ini mendorong pemerintah untuk memperkuat langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.
Kepala Suku Dinas (Kasudin) Kesehatan Jakarta Selatan, Yudi Dimyati, menekankan pentingnya sinergi antar petugas kesehatan dan seluruh pihak terkait dalam mengatasi lonjakan kasus ini. Penyelidikan Epidemiologi (PE) secara intensif dilakukan di rumah-rumah warga yang terjangkit DBD untuk menelusuri sumber penularan dan mencegah meluasnya wabah. Selain itu, upaya edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat juga menjadi fokus utama dalam strategi penanggulangan DBD ini.
Wali Kota Jakarta Selatan, Munjirin, memimpin langsung kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serentak di Kelurahan Kebayoran Lama Utara, yang merupakan kelurahan dengan kasus DBD tertinggi di Jakarta Selatan. Kegiatan ini melibatkan kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dan masyarakat setempat. Munjirin secara khusus menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya pencegahan utama. Beliau juga memberikan instruksi tegas kepada kader Jumantik untuk meningkatkan frekuensi pemeriksaan sarang nyamuk, minimal dua hingga tiga kali dalam seminggu, dengan Jumantik Mandiri diimbau untuk melakukan pengecekan setiap hari.
Data dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menunjukkan total 1.416 kasus DBD di seluruh wilayah Jakarta hingga 9 Maret 2025. Jakarta Barat mencatat angka tertinggi dengan 418 kasus. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2024 yang mencapai 1.729 kasus, pihak Dinas Kesehatan Jakarta tetap waspada mengingat siklus lima tahunan DBD dan puncak kasus yang biasanya terjadi pada bulan April. Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Ani Ruspitawati, menjelaskan bahwa tren kasus DBD hingga saat ini masih fluktuatif, namun tetap terpantau dan terkendali.
Pemerintah Jakarta Selatan berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan DBD melalui berbagai strategi, termasuk:
- Peningkatan pengawasan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
- Peningkatan kapasitas kader Jumantik dan edukasi kepada masyarakat.
- Penguatan sistem surveilans dan penyelidikan epidemiologi (PE).
- Kerjasama lintas sektoral untuk optimalisasi pencegahan dan penanggulangan DBD.
Upaya ini diharapkan mampu menekan angka kasus DBD di Jakarta Selatan dan mencegah terjadinya wabah yang lebih besar di masa mendatang. Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini.