Manuver Politik Elon Musk: Ancaman Nyata bagi Kekaisaran Bisnis Tesla?
Manuver Politik Elon Musk: Ancaman Nyata bagi Kekaisaran Bisnis Tesla?
Keterlibatan Elon Musk dalam ranah politik Amerika Serikat dan internasional telah menimbulkan gelombang kontroversi yang berdampak signifikan terhadap kinerja Tesla, perusahaan otomotif listrik yang ia pimpin. Dukungan terbuka Musk terhadap partai sayap kanan di Eropa dan kedekatannya dengan Presiden Donald Trump, telah memicu reaksi negatif dari berbagai pihak, mulai dari konsumen hingga investor. Gejolak ini menjadi sorotan tajam setelah anjloknya nilai saham Tesla dan penurunan penjualan yang drastis di beberapa pasar utama.
Salah satu indikator paling nyata adalah pembelian simbolis mobil Tesla oleh Presiden Trump. Meskipun diumumkan sebagai langkah positif, tindakan ini justru memicu gelombang protes dan boikot. Peristiwa ini memperkuat persepsi bahwa keterlibatan politik Musk telah menjadi bumerang bagi citra dan penjualan Tesla. Trump sendiri mengecam protes tersebut sebagai 'terorisme domestik', namun hal ini tak mampu menghentikan penurunan penjualan yang mengkhawatirkan.
Data penjualan Tesla menunjukkan tren negatif yang signifikan di berbagai negara. Penurunan penjualan mencapai 76% di Jerman, di mana Musk secara aktif mendukung partai sayap kanan AfD melalui platform media sosial X. Tren serupa terlihat di Prancis (turun 45%) dan Australia (turun lebih dari sepertiga). Bahkan di Amerika Serikat, pasar domestik Tesla, penjualan mengalami penurunan selama lima kuartal berturut-turut di California, dengan penurunan sebesar 11,6% pada tahun 2024. Konsumen tampaknya semakin menghindari Tesla, ditandai dengan munculnya stiker protes di sejumlah mobil Tesla yang menyoroti perubahan haluan politik Musk.
Analis dan pakar industri memberikan berbagai pandangan terkait permasalahan ini. Seth Goldstein dari Morningstar berpendapat bahwa Musk telah bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensinya bagi Tesla. Ia menilai Tesla, yang dulunya memiliki posisi yang kuat di pasar, kini menghadapi persaingan yang semakin ketat. Sebuah survei oleh Strategic Vision bahkan menunjukkan bahwa Tesla tidak masuk dalam daftar kendaraan favorit warga AS, sebuah indikasi kuat atas penurunan popularitas merek tersebut.
Daniel A. Crane, profesor hukum di Universitas Michigan, mencatat bahwa citra Tesla yang sebelumnya lekat dengan kepedulian lingkungan dan dukungan dari kelompok liberal, kini telah terkikis oleh keterlibatan politik Musk. Ia menambahkan bahwa target pasar sayap kanan yang mungkin diincar Musk, yaitu pendukung Trump, justru cenderung skeptis terhadap mobil listrik. Hal ini semakin memperburuk posisi Tesla di pasar.
Dampak negatif dari manuver politik Musk bukan hanya terlihat pada penjualan Tesla, tetapi juga pada nilai saham perusahaan. Dalam tiga bulan terakhir, saham Tesla anjlok hampir setengahnya, yang mengakibatkan penurunan kekayaan bersih Musk sebesar $144 miliar. Nilai perusahaan yang pernah mencapai lebih dari $1,5 triliun kini mengalami penurunan drastis, sebagian disebabkan oleh kekhawatiran resesi ekonomi di AS.
Kontribusi dana kampanye Musk kepada Trump dan perannya di Departemen Efisiensi Pemerintahan DOGE juga memicu kontroversi. Keputusan Musk yang melibatkan dirinya dalam pemotongan anggaran pemerintah tanpa pengawasan yang memadai telah menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Protes “Tesla Takedown” yang terjadi di berbagai dealer Tesla di AS semakin memperparah situasi ini.
Ironisnya, perusahaan-perusahaan lain milik Musk, seperti SpaceX, Neuralink, xAI, dan The Boring Company, justru menunjukkan pertumbuhan yang positif. Meskipun tidak terdaftar di bursa saham, valuasi gabungan perusahaan-perusahaan ini meningkat secara signifikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Musk perlu mengkaji ulang prioritasnya dan mengurangi keterlibatannya dalam politik untuk menyelamatkan Tesla.
Desakan agar Musk mundur sebagai CEO Tesla pun muncul dari berbagai pihak, termasuk Brad Lander, pengawas keuangan Kota New York. Investor juga menunjukkan keprihatinan yang tinggi, dengan 85% investor percaya bahwa keterlibatan politik Musk berdampak negatif bagi Tesla. Masa depan Tesla dan 'Kekaisaran' bisnis Elon Musk kini berada di ujung tanduk, tergantung pada keputusan dan strategi yang akan diambil ke depannya.