Rasulullah SAW dan Pentingnya Khusyuk dalam Salat: Menjauhi Terburu-buru dalam Ibadah

Rasulullah SAW dan Pentingnya Khusyuk dalam Salat: Menjauhi Terburu-buru dalam Ibadah

Shalat, tiang agama Islam, merupakan ibadah wajib yang harus dilaksanakan setiap muslim dengan penuh keimanan dan kekhusyukan. Ajaran Islam menekankan pentingnya menjalankan shalat dengan tenang dan khusyuk, menghindari sikap terburu-buru yang dapat mengurangi nilai ibadah tersebut. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW secara tegas memberikan petunjuk dan peringatan mengenai hal ini. Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra ayat 78:

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Artinya: "Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."

Ayat ini tidak hanya menekankan waktu pelaksanaan shalat, namun juga menyiratkan pentingnya kesungguhan dan kekhusyukan dalam menjalankannya. Shalat yang dilakukan dengan terburu-buru, tanpa menghadirkan hati dan jiwa sepenuhnya kepada Allah SWT, tentu akan mengurangi pahala dan keberkahannya.

Hadis Nabi SAW juga secara eksplisit melarang sikap tergesa-gesa dalam beribadah, termasuk shalat. Dalam sebuah riwayat dari buku Keistimewaan Shalat Khusyuk karya Subhan Nurdin, disebutkan:

"Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan." (HR Abu Ya'la dari musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro)

Hadis ini menunjukkan bahwa sikap terburu-buru merupakan sifat yang tercela dan berasal dari bisikan setan yang ingin merusak ibadah hamba-Nya. Oleh karena itu, muslim dianjurkan untuk senantiasa berusaha mengerjakan shalat dengan tenang, merenungkan setiap bacaan dan gerakan, serta menghayati makna dari setiap rukun shalat.

Lebih lanjut, dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak ada salat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada salat bagi yang menahan (kencing atau buang air besar)." (HR Muslim)

Hadis ini menunjukkan pentingnya kesiapan dan kondisi fisik yang prima sebelum melaksanakan shalat. Kondisi tergesa-gesa karena terburu-buru bisa jadi disebabkan oleh kondisi yang tidak prima, sehingga shalat pun menjadi tidak khusyuk.

Dalam riwayat lain dari Abu Qatadah RA, dijelaskan tentang larangan terburu-buru dalam mendatangi shalat berjamaah. Rasulullah SAW bersabda:

"Jangan kalian lakukan! Jika kalian datang untuk salat, maka datangilah dengan tenang. Bagaimana pun keadaan imam yang kalian temukan, maka salat (mengikutinya), dan bagian dari salat yang kurang, maka sempurnakanlah." (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menekankan pentingnya kedatangan yang tenang dan khusyuk ke tempat shalat, serta ketaatan mengikuti imam, meskipun kondisi shalat terganggu. Konsep tuma'ninah, yaitu berhenti sesaat dalam setiap gerakan shalat, juga sangat penting untuk memastikan kekhusyukan dan menghindari sikap terburu-buru. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku Fiqh al Ibadah bi Adillatiha fii al Islam karya Syaikh Hasan Muhammad Ayyub. Tuma'ninah setidaknya setara dengan waktu membaca kalimat Subhanallah.

Kesimpulannya, Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya khusyuk dan ketenangan dalam pelaksanaan shalat. Menghindari sikap terburu-buru merupakan bagian penting dari upaya untuk menghadirkan hati dan jiwa sepenuhnya kepada Allah SWT dalam setiap ibadah, sehingga shalat menjadi ibadah yang bermakna dan diterima di sisi-Nya.